Selasa, 19 Februari 2013

Potensi aquatik desa Rambat



Potensi aquatic sungai Serang di desa Rambat

Potensi aquatik yang terletak di sebelah Timur desa Rambat selama ini belum cukup diperhatikan. Itulah fakta yang kita lihat, bila dibanding perairan Waduk Kedung Ombo di sisi jauh lain. Bila kita saksikan perairan yang membentang selebar + 50 m dan membasahi bibir daratan sebelah Timur Rambat akan muncul banyak harapan di benak kita, apa yang dapat kita perbuat dengan air gratis yang melimpah ini?
Sungai tersebut adalah Sungai Serang, yang merupakan aliran sungai asli sebelum proyek Waduk Kedung Ombo digarap di daerah tersebut. Warga dusun Ngendo dan Guyangan sejak dulu sudah melakukan penangkapan ikan dan udang di sungai itu.
Tulisan singkat ini akan mengulas juga tentang kawasan hutan di sebelah Barat Rambat sebelum tahun 1980-an (sebelum proyek KO diresmikan) yang topografi wilayahnya berbukit-bukit. Seperti kita ketahui dalam ekosistem yang seimbang, hutan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, salah satunya membantu meresapkan air ke dalam tanah sehingga air dapat disimpan untuk kemudian dikeluarkan melalui sumber-sumber air (sumur dalam, umbul, sendang) untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun hal itu kurang disadari oleh banyak pihak yang kemudian melakukan penebangan hutan secara liar tak terkecuali wilayah yang sekarang menjadi kawasan Waduk Kedung Ombo.
Makin berkurangnya jumlah tegakan di hutan tersebut menyebabkan berkurang pula kemampuan hutan melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan air. Setiap hujan tiba, sungai Rambat selalu banjir karena aliran air dari hutan yang mulai gundul. Menurut cerita tokoh-tokoh masyarakat, banjir yang paling besar di wilayah itu terjadi pada tahun 1986. Sebanyak 96 KK dari dusun Rambat pindah ke Geneng dan Satreyan serta 60 KK dari Gambiran lama (dusun paling Timur dan berada di sekitar DAS lama) terpaksa mengungsi ke dusun-dusun lain di sebelah Barat yaitu Ngepungan dan Gambiran baru. Yang terakhir disebut demikian karena dusun Gambiran lama terendam air dan semua penduduknya hijrah ke tempat aman yang kemudian juga diberi nama dusun Gambiran. Demikian setiap tahun terjadi banjir di sungai itu.
Sejarah selanjutnya, proyek Kedung Ombo dilaksanakan dengan mentransmigrasikan penduduk baik dari dusun Kedungmiri yang memang digenangi dan sekarang menjadi areal kantor PLTA Mrica dan sebagian korban banjir dusun Rambat ke tempat tujuan transmigrasi di Sumatra.
Dengan adanya waduk Kedung Ombo, sungai Rambat tidak pernah banjir lagi. Dalam arti lebar sungai bertambah dibanding lebar aslinya sebelum penggenangan. Bertambah lebarnya sungai karena areal pemukiman dan persawahan milik rakyar di DAS aslinya sudah digenangi dengan sistem ganti rugi yang ditetapkan oleh pihak pelaksana proyek. Sungai itu mengalir ke arah Utara untuk memenuhi kebutuhan PLTA, irigasi, PDAM Kab. Grobogan sampai sungai Serang, berlanjut ke daerah Demak, Kudus, Pati, yang tentunya bermuara ke laut Jawa.

Pengembangan perikanan
Di dusun Rambat pernah dilakukan pengembangan bidang perikanan yang dipelopori oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Grobogan dalam bentuk bantuan peralatan untuk membuat Karamba model jaring. Dimulai dengan langkah sosialisasi, pembinaan, bantuan peralatan membuat karamba serta penyediaan bibit serta pakan ikan selama 1 bulan pertama, Dinas perikanan mengawali pengembangan perikanan di daerah itu. Benih ikan yang ditebar setiap 6 bulan (Januari – Juni) adalah : ikan nila, tawes, mujair. Selain itu pemerintah juga melakukan pembinaan (dilaksanakan oleh PPL bidang perikanan) selama 4 kali sebelum budidaya. Perkembangan selanjutnya tentang karamba itu ternyata gagal dan macet. Banyak factor penyebabnya antara lain : manajemen yang lemah serta terjadi pencurian ikan.
Nelayan di Ngendo dan Guyangan menyatakan kalau hasil tangkapan ikan sekarang ini makin menurun. Kalau dulu tangkapan mereka bisa mencapai 1 kuintal per hari per nelayan, kini hanya 7-10 kg per hari per nelayan. Mereka sulit memperhitungkan penghasilan dari penjualan ikan karena dapatnya pun tidak menentu. Untuk budidaya karamba lagi, banyak kendala. Selain soal manajemen, juga kondisi air yang tidak stabil, yaitu kadang surut, kadang pintu waduk dibuka, air melimpah. Analisis lain memprediksi, saat air surut suhunya menjadi tinggi dan itu tidak baik bagi kehidupan ikan.
Pemerintah melalui dinas perikanan kab. Grobogan dan provinsi Jawa Tengah telah memberikan permulaan penggarapan perairan ini dalam bentuk penebaran benih ikan air tawar. Nelayan Rambat dapat mengambil hasilnya setelah 1 tahun, ketika ikan-ikan sudah cukup besar dan sudah berkembang biak. Diharapkan masyarakat desa Rambat mendapatkan manfaat dari awal yang baik ini. Selanjutnya, masyarakat diharapkan dapat mengelola perikanan sungai atau karamba ini sebaik-baiknya.


Rambat, Juli 2004

Eunike Widhi Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar