Rabu, 06 November 2013

Aku akan menjadi salah satu peserta di Asian Rural Institute

Lega...begitu menerima kabar dari Asian Rural Institute jumat lalu 1 Nopember, bahwa aku diterima untuk program pelatihan tahun April-Desember 2014 nanti.
Senang...sudah pasti, karena kesempatan itu aku tunggu-tunggu sejak 2010.
Ini non degree, bukan S2 atau S3. Tetapi ini sangat berharga bagiku dan pasti aku dapat belajar banyak hal, bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara untuk berproses bersama menghasilkan sesuatu yang penting untuk dibagikan kepada lembagaku dan komunitasku.
Mungkin uang dan gelar bukan yang utama bagiku, tetapi sesuatu yang tidak akan hilang. Dan itu yang aku cari di ARI.
Bagaimanapun juga semua ini dimulai sejak tahun 2002 (sebelas tahun yang lalu) ketika aku memulai belajarku di "kampus Trukajaya" aku live in desa Jlarem, kemudian ditugaskan ke desa-desa lainnya dan yang paling lama live in Rambat Kedungombo, hingga penugasan ke Sulawesi dan terakhir menjadi Tim Pertanian Organik Gereja serta mendampingi desa Randurejo. Aku benar-benar ditempa bukan saja oleh medan kerja yang paling berat tetapi juga waktu dan faktor lainnya.
Aku sungguh berterima kasih kepada pimpinan yang sekaligus kawan diskusiku, yang meskipun beberapa kali terjadi bahwa kami tampak tidak saling mendukung tetapi akhirnya kami menjadi tim yang berhasil terbukti dengan diterimanya aku di ARI.
Beliau juga yang ikut menempa aku sejak 2002 dalam perjalananku di garis depan lembaga kami. Maupun saat aku menjadi Manajer Program, aku pun ditempa keras, hampir putus asa karena minimnya dukungan baik di depan maupun di belakangku.
Siapapun dan bagaimanapun, aku sangat berterima kasih karena semuanya berjasa membentuk diriku dan karakterku yang sekarang. Termasuk kapasitasku sekarang, aku meyakini itu terbentuk dari sikap lingkungan dan berbagai kejadian di sekitarku hingga aku memenuhi kualifikasi untuk ke ARI. Itulah mengapa aku sangat ingin mendedikasikan pembelajaranku di ARI untuk lembaga ini.

Ya...aku merasakan perjuangan dan penantian panjangku adalah juga bagian dari proses pendewasaanku.
Awalnya aku ditawari pimpinan untuk aplikasi di 2011 (jadi untuk berangkat 2012) tetapi sempat terganjal info yang salah dari pimpinan bahwa ARI bukan untuk orang pertanian. Aku patah hati dan memutuskan untuk melupakan impian belajar itu.
Tetapi benakku tidak pernah tenang dengan "keanehan info" itu yang kemudian menuntunku pada pencarian terus-menerus, ketika aku mendapat jawaban dan harapan baru, justru aku mendapat berkat yang mendahuluinya. Ya, aku hamil anak ke-dua-ku. Sehingga aku harus menyampaikan kepada pimpinanku untuk mengalihkan peluang itu kepada kawan lain yang mungkin memenuhi kualifikasi. Adapun ternyata kemudian dia tidak memenuhi kualifikasi yang diminta, kami telah berusaha. Mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk lebih adil tanpa mengabaikan potensi yang ada.
Di tahun 2013 usai cuti melahirkan, aku kembali menguatkan niatku untuk meraih mimpi di ARI.
Perjalananku di tahun 2013 tidak mudah. Aku harus menjalankan program terberat dengan donor baru, dengan budget terbesar dan aku harus sendirian di awal tahun ini (Pebruari 2013), di saat program lain tinggal sisa-sisa dan beban anggaranpun sedikit tetapi dikerjakan banyak orang.
Aku memaknai itu secara positif, sebagai bentuk penghargaan terhadap kapasitasku dan....mungkin ini gemblengan sebelum aku pergi ke ARI (kalau diterima).
Manajemen lembaga sudah mengatur semuanya. Dan ketika aku melihat rencana kegiatan dan anggaran, memang benar bahwa semua kegiatan berat diletakkan di tahun pertama, selama aku pegang. Sementara tahun ke 2 dan ke 3 tinggal sisa-sisa dan lanjutan.
Tetapi itu tidak menyurutkan langkahku untuk mengurus aplikasi ke ARI yang dapat dikatakan sebagian besar kulakukan secara mandiri. Aku juga harus rajin mendesak pimpinan untuk menindaklanjuti ranahnya yang tidak boleh aku tembus. Semua itu biar tidak terlambat.
Termasuk harus mencari dukungan dana, itu juga aku harus punya perhatian dan peran besar melakukan banyak hal: surat menyurat dan komunikasi ke pihak-pihak terkait. Ini yang mungkin membedakan prosesku dengan kawan sebelumnya.
Ketika pimpinan mengumumkan dan memberi selamat atas keberhasilanku diterima di ARI, beliau juga menyampaikan sesuatu yang berkesan bagiku, bahwa : ada masa di mana suka-tidak suka dan sekat-sekat antar kawan berkembang di sini, tetapi masa itu sudah lewat. Kita harus berani membuka sekat-sekat itu dan mulai bertanya pada diri sendiri tentang peran dan fungsi kita masing-masing di lembaga ini. Satu keberhasilan ini bukti bahwa kita mulai membuka sekat-sekat itu bahwa hanya kerja keras dan tidak pantang menyerah itulah yang bisa mengantar kita meraih banyak kesempatan, bukan lagi kawan dekat.
Aku terkesan tetapi tidak seluruhnya sependapat. Kompetisi yang dilalui diwarnai dengan banyak ganjalan dan akhirnya berhasil, bagiku tetap berbeda dengan kesempatan, jabatan dan fasilitas yang sifatnya pemberian, tanpa perjuangan.


Friksi di antara kami semua dalam lembaga ini memang sifatnya hilang-timbul. Itu karena warna kami memang berbeda. Seperti pelangi yang indah...menghiasi langit cerah sehabis hujan.
Harus menjaga kebersamaan dalam pluralitas, berarti harus saling toleransi kepada semua pihak.
Kiranya bukan toleransi semu yang mengabaikan suara rakyat demi kepentingan yang menindas rakyat.

Banyak yang memberiku selamat karena kegembiraanku itu aku ungkapkan di status Facebook-ku, tetapi ini baru mulai. Langkah ke depan akan lebih berat, terutama aku harus meninggalkan keluargaku apalagi Nikko-ku masih kecil. Tetapi aku sendiri yang berniat dan menuntut kerelaan semua pihak untuk kepergianku agar aku dapat melakukan tugasku dengan baik, pulang dan memberikan yang terbaik untuk semua.

Eu