Senin, 07 Maret 2016

14 tahun bersama Trukajaya


TRUKAJAYA DUNIA YANG UNIK DAN PENUH BERKAH

Saya percaya akan pilihan-pilihan saya. Saya percaya bahwa seluruh rangkaian perjalanan hidup ini sudah dirancang Tuhan. Trukajaya memberi pengaruh sangat besar dalam hidup saya, memberi banyak hal dalam hidup saya baik secara kualitas maupun kuantitas dalam 14 tahun berada di dalamnya termasuk bertemu jodoh saya.
Saya berterima kasih kepada para pemimpin di Trukajya yang memberi fondasi kuat untuk terus belajar tentang pengembangan masyarakat/ CD (Community Development dalam arti luas mencakup Community Organization dan Community Empowerment). Ketika menengok ke belakang, sadarlah saya bahwa dulunya saya ini tidak tahu apa-apa tentang NGO dan sangat nol pengetahuan dalam hal Community Development, tak jarang saya melakukan kekeliruan berpikir maupun bertindak bersama komunitas, tetapi proses belajar itu sendiri yang mendidik saya terus belajar CD.
Dalam perjalanan saya selama 14 tahun di Trukajaya melalui berbagai kondisi dan mengalami beberapa kali kepemimpinan, persoalan kemiskinan masih menjadi topic besar dalam kerjasama dengan desa. Pelajaran CD saya peroleh dari banyak pihak. Masyarakat desa Jlarem kec. Ampel Kab. Boyolali selama tahun 2003 menginspirasi tentang bagaimana sebuah relasi dan komunikasi dimulai, dijaga dan dikelola. Sistem relasi ini merupakan pesan yang jelas dan itu tertinggal di komunitas.
Bekal yang saya dapatkan dari Jlarem, saya teruskan dalam kehidupan saya bersama masyarakat desa Rambat Kec. Geyer Kab. Grobogan 2003-2006. Karakter masyarakat yang pernah “terluka” dengan cap PKI membuat mereka secara kolektif sangat hati-hati terhadap masuknya orang luar. Meskipun bukan merupakan masyarakat yang agamis waktu itu, namun mereka memberi sinyal yang jelas tentang bagaimana menjaga kepercayaan dalam sebuah komunitas.
Saya sungguh bersyukur dan merasa beruntung di Trukajaya. Sebagai pengorganisir masyarakat, para pemimpin Trukajaya sudah mengatur dengan begitu baik kapan saya harus belajar hal-hal dasar dengan live in full, komuter, gabungan keduanya, kapan saya boleh sedikit menjauh dari komunitas desa dan tersenyum bahagia menyaksikan brokoli-brokoli yang saya rawat bisa menghasilkan krop di antara strawberry dan sayuran daun lainnya di green house untuk dipasok ke warung hijau. Ketika energi terkumpul lagi saya kembali ke pendampingan desa-desa. Saya selalu menikmati setiap proses belajar itu.
Variasi program dan aktivitasnya adalah pelajaran penting bagi saya, komplit dengan strategi dan metode pengembangannya dari tahun ke tahun. Kerja sama dengan donor juga suatu pelajaran berharga yang saya dapatkan di Trukajaya ketika menjabat sebagai manajer program maupun staf lapang. Para pemimpin di Trukajaya juga mendidik saya tentang bagaimana menjalin komunikasi, respek dan relasi yang baik dengan pemerintah serta merawat hal-hal baik tersebut dalam setiap kegiatan membangun masyarakat desa.
Credo yang diucapkan oleh semua staf pelaksana secara bersama-sama dalam kebaktian khusus di GKJ Nalen tahun 2009 menjadi tonggak kebangkitan Trukajaya dari beberapa keterpurukan di masa lalu. Pelajaran yang diambil adalah akan selalu ada kesempatan untuk memulai hal yang baik.
Relasi sebagai satu keluarga besar juga memberi kekuatan tersendiri dalam Trukajaya dalam kerja-kerja pendampingan di desa-desa. Peristiwa duka kehilangan kawan-kawan yang kini telah tiada untuk selamanya dan perpisahan dengan kawan-kawan yang resign memberi pelajaran bahwa kehilangan itu berpengaruh besar dalam keberlangsungan lembaga. Perubahan fase sebagai lajang kemudian satu per satu menemukan pasangan hidup, menikah dan memiliki pergumulan di keluarga masing-masing, memberi pelajaran tentang keberanian mengambil keputusan, bersyukur dan bertanggung jawab merawat berkat Tuhan. Demikian pulalah seharusnya merawat komunitas yang kita dampingi.
Berbagai perselisihan dan perbedaan pendapat adalah wujud dinamika yang normal, sehat dan bukti saling kepedulian dalam komunitas Trukajaya. Saya belajar bagaimana menghargai sejarah dan visi lembaga untuk masa depan Trukajaya.
Para pemimpin Trukajaya paham betul bagaimana mengembangkan potensi setiap warga Trukajaya yang berbeda-beda. Ada yang diberi mandat menjadi pemimpin terus-menerus, ada yang direkomendasi menjadi pendeta, ada yang difasilitasi sekolah lanjut, dan lain sebagainya. Semua dikembangkan sesuai minat dan passion masing-masing.
Saya sangat beruntung ditugaskan di Sulawsi Tengah selama 3 bulan di tahun 2008 untuk menginisiasi program Pertanian Organik di lembaga di bawah naungan Sinode GPID (Gereja Protestan Indonesia Donggala). Saya belajar banyak tentang Community Development dengan latar belakang petani yang sangat jauh berbeda petani di Jawa Tengah. Saya diberkati memegang jabatan manajer program, sebuah jabatan yang spesial dan “keren” di Trukajaya, tentu dengan tanggung jawab dan tantangan yang besar pula. Saya belajar pengelolaan di situ.
Berkat berikutnya ketika saya ditunjuk menjadi Sekretaris tim Pertanian Organik Sinode GKJ dengan SK / 2010 / B4 / SB401/678 2010-2012, bersama sejumlah pendeta dan para aktivis pertanian organik gereja. Tim yang dibentuk angkatan pertama ini merupakan mandat Sidang Sinode Nopember 2009 di bawah Bidang Kesaksian dan Pelayanan (Kespel) untuk melakukan community development dalam pengembangan Pertanian Organik di tingkat sinode GKJ. Melalui diskusi, belajar bersama dan praktek dasar pertanian organic yang dibutuhkan jemaat gereja, pendampingan tahap pertama ini dilakukan selama 3 tahun (2009-2011). Secara pribadi proses ini memperkaya pengetahuan, relasi dan pengalaman saya tentang peran gereja (dalam hal ini Sinode GKJ) dalam mewujudkan tema pemulihan ciptaanNya.
Bersama mitra di Aliansi Organis Indonesia dan Jaker PO sejak 2011 Trukajaya juga terus berperan melakukan advokasi pelaku produksi dan konsumsi pertanian lestari, mengkampanyekan terwujudnya petani yang berdaulat atas pangan. Tahun 2009 Trukajaya merupakan salah satu dari 7 lembaga pendiri JPO Jateng (Jaringan Pertanian Organik Jawa Tengah). Itu semua bukti kuat bahwa Trukajaya memiliki konsen yang cukup tebal dan serius ke tema-tema pertanian organic dan kedaulatan petani atas pangan. Kerja-kerja bersama mitra, organisasi dan jaringan tersebut merupakan kekuatan besar yang saya yakini dapat berdampak luar biasa pada waktunya nanti. Saya bersyukur semua gerakan itu tetap terjaga hingga hari ini. Seperti ungkapan yang sederhana namun benar adanya bahwa untuk memulai itu mudah, mempertahankannya itu yang perlu energi positif yang besar.
Rasa syukur saya berikutnya memperoleh kesempatan emas belajar di Asian Rural Institute Japan selama 9 bulan di tahun 2014. Perjuangan dan segala penundaan akhirnya terlewati dalam 3 tahun persiapan di tanah air sampai akhirnya saya menjadi salah satu peserta angkatan 42 berbagi pengalaman dan belajar kepemimpinan perdesaan bersama teman-teman dari 15 negara Asia, Pasifik, Latin Amerika dan Afrika. Begitu sarat pembelajaran yang menunggu untuk saya teruskan di komunitas. Singkat kata, saya mendapatkan begitu banyak kesempatan dan pelajaran dalam Trukajaya bahkan pelajaran itu terus berkembang sampai hari ini.

Pengembangan Unit Produktif dan PUSPAPARI

Wacana unit produktif secara formal muncul di Trukajaya sebagai respon terhadap tuntutan kemandirian lembaga. Setidaknya wacana ini digulirkan di ranah pelaksana sejak tahun 2006 hingga tahun 2015 dengan mengundang nara sumber dari berbagai latar belakang usaha produktif, mulai dari BPR, PT dan koperasi, bahkan konsultan bisnis yaitu CEMSED UKSW juga beberapa kali dihadirkan baik di lingkup pendampingan usaha kecil di desa-desa dampingan maupun di aras lembaga sendiri.
Warung Hijau yang awalnya diprogramkan untuk mendukung pemasaran produk desa-desa dampingan dengan menyewa sebuah tempat di pertokoan Makutarama akhir tahun 2005, dalam perkembangannya setelah publik cukup mengenalnya kemudian Warung Hijau dipindahkan di kantor Trukajaya. Warung hijau cukup sukses sebagai gerakan fair trade yang diinisiasi Trukajaya untuk menghubungkan petani sebagai produsen dengan masyarakat konsumen produk Pertanian Organik di Salatiga dan sekitarnya.
Micro Finance berupa kredit ternak dan kredit modal usaha di masa lalu menjadi bagian dalam aktivitas CD Trukajaya. Pada tahun 2005-2006 ada program Micro Enterprise Development (MED) justru dikelola tersendiri terpisah dari CD. Meskipun mengalami berbagai persoalan internal terkait sumber daya manusia dan manajemen yang masih 100 % ditopang oleh lembaga, namun ini bukti bahwa sesungguhnya para pemimpin Trukajaya telah memulai cikal bakal unit produktif sebelum wacana ini secara formal digulirkan.
Berbagai persoalan yang dihadapi mengarahkan kemudian MED dimasukkan ke dalam manajemen program di dalam divisi kredit sampai dengan 2013. Wacana kemandirian mulai didengungkan kembali tahun 2014 dengan strategi manajemen Unit Produktif yang di dalamnya mencakup KMU, GT, MED, WH dan Training Center (TC) Puspapari yang secara manajemen memiliki 2 sisi yaitu core business dan pendidikan penyadaran.


Puspapari

TC PUSPAPARI sendiri hadir di babak akhir perkembangan Unit Produktif tepatnya sejak tahun 2014. Lahan seluas 1,02 ha di Sumberejo ini mulai menjadi bagian Trukajaya sejak 2010 untuk diproyeksikan sebagai tempat pelatihan Pengembangan Pertanian Organik bagi komunitas gereja, pemuda, kelompok-kelompok agama, dlsb. TC PUSPAPARI yang sekarang, awalnya diberi nama Kampung Emaus, terinspirasi oleh pertemuan Yesus dengan para muridNya di kampung Emaus yang membuka mata murid-murid meskipun sang guru telah wafat, bangkit untuk menuju ke tempat maha tinggi, sang guru berkenan hadir dan berbagi pembelajaran bersama para murid. Perkembangan selanjutnya nama Emaus diganti menjadi PUSPAPARI supaya tidak terkesan Kristenisasi.
Saya masih ingat saat-saat pertama penuh bahagia menyambut anggota baru ini semua staf tanpa kecuali dijadualkan untuk piket di TC. Tahun 2011 dipilih seorang koordinator secara rekrutmen spesial dan tertutup. Jadilah seorang koordinator yang dipercaya mengelola TC dengan jabatan khusus. Kemudian untuk menunjang kinerja TC, direkrutlah 2 tenaga lulusan sekolah menengah pertanian yang aktif di sana 2011-2014. Di samping hasil sawah setiap musim dan hasil kebun berupa buah dan sayuran, di TC ada kandang sapi kapasitas 10 ekor dan rumah joglo sebagai kelas untuk pelatihan. Ada masa pergantian koordinator namun di tahun 2014 TC dikelola langsung oleh Manajer UP ditambah seorang pekerja kebun.
Saya dipercaya mengelola TC PUSPAPARI sepulang dari belajar di Asian Rural Institute Japan, sesuai cita-cita bersama untuk mengembangkan TC sesuai namanya yaitu PUSAT PENGEMBANGAN PANGAN DAN ENERGI. Jika sebelumnya ditunjuk koordinator dan pekerja kebun, sekarang hanya ada seorang staf biasa di bawah manajemen UP tanpa pekerja kebun.  Hasil yang dicapai adalah sebuah rancangan besar PUSAPARI dan mulai merintis pengorganisasian kelompok perempuan di Sumberejo. Namun aktivitas di tahun 2015 masih cenderung bersifat sebagai dukungan terhadap terlaksananya program-program dengan donor, tetapi belum muncul visi pengembangan berdasarkan desain awalnya.
Wacana pemisahan Unit Produktif dan Community Development menjadi sesuatu yang  dikritisi oleh PUSPAPARI, sebenarnya mimpi ke depan PUSPAPARI ini mau ke mana dan kriteria/ alasan mengapa suatu kegiatan dimasukkan ke unit produktif atau dimasukkan ke Community Development. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena setiap langkah yang diambil nantinya akan berdasarkan pemahaman tentang kebijakan yang mengatur di atasnya dan juga berdasar filosofi yang selama belasan tahun diperjuangkan oleh Trukajaya sebagai induk dari PUSPAPARI.


Kepemimpinan yang melayani di Puspapari
  Meskipun mengalami perkembangan konsep dan manajemen, Community Development sampai saat ini masih diakui sebagai core competence Trukajaya. Manajemen adalah seni. Kepemimpinan yang ada di dalamnya juga seni. Kepemimpinan dibutuhkan di mana-mana: di keluarga, kantor, gereja, sekolah, lingkungan tempat tinggal, sampai dengan negara. Konotasi kepemimpinan bukan melulu soal memerintah, rapat-rapat dan segala fasilitas, kadang dengan manuver-manuver politik untuk memperjuangkan sebuah jabatan. Kepemimpinan adalah juga soal bagaimana menjadi orang yang dipimpin. Kepemimpinan ada dalam diri yang bersedia mendengarkan, berempati, mengarahkan ke arah yang baik (contoh: tidak mencuri, tidak manipulasi, tidak merugikan pihak lain), menjaga etos kerja yang tinggi, rendah hati dan solidaritas. Kepemimpinan yang melayani dapat hadir dalam diri seorang pelayan yang paling rendah bahkan tanpa otoritas ataupun berbagai embel-embel titel dan predikat dalam sejarah hidupnya.
Tidak ada formula umum tentang manajemen yang serta merta dapat diberlakukan kepada 7 milyar manusia di muka planet bumi ini. Tetapi kepemimpinan berlaku umum. Kepemimpinan adalah kerja menggerakkan suatu kelompok / komunitas menuju visi bersama. Tak peduli apakah seseorang berjabatan sebagai ketua atau tidak punya jabatan apapun, jika dia berjiwa pemimpin maka dia dapat mengambil peran mulai di titik di mana dia berada. Pemimpin pasti seorang inisiator dan inspirator, bukan pengikut, penghasut ataupun pengecut. Kuncinya adalah mengambil peran dan tanggung jawab, karena biasanya pengikut, penghasut dan pengecut alergi dengan tanggung jawab.
Visi pengembangan TC sudah dipresentasikan di awal tahun 2015, yaitu Kedaulatan Petani atas Pangan. Gambarannya adalah suatu tempat belajar atau laboratoriun Kedaulatan Pangan di mana setiap orang dari komunitas apapun (bisa gereja, mesjid, pura, vihara, kelompok-kelompok pemuda, kelompok perempuan, dlsb) dapat saling bertemu, berdiskusi, saling berbagi pengalaman dan membuktikan bersama bahwa dalam sebuah komunitas yang adil dan saling menopang dengan kepemimpinan yang melayani, niscaya kedaulatan petani atas pangan dapat dipenuhi oleh sumberdaya dalam komunitas petani itu sendiri. Untuk terwujudnya hal itu dibutuhkan Community Development yang dibangun dengan kesamaan keprihatinan, prinsip, keberpihakan dan pemahaman tentang kemandirian petani.
Terwujudnya TC sebagai laboratorium kedaulatan petani membutuhkan kepemimpinan yang melayani dan manajemen yang menjunjung harkat petani (sesuai Renstra Trukajaya 2011-2016), bukan mengembangkan konsep hubungan majikan yang membayar dan buruh  yang dibayar. Bukan tentang indahnya penampilan sesaat sayuran, bunga-bunga dan buah dengan segala aturan budidayanya yang mengandalkan buku-buku, tetapi tentang bagaimana membudidayakan semua komoditas itu dalam sebuah komunitas yang saling menopang, dalam kepemimpinan melayani dan menghidupkan kembali kedaulatan petani sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasaan pangan yang telah terlanjur mematikan kemandirian petani.
Visi pengembangan Puspapari tersebut bukanlah mimpi satu orang sehingga sejak awal sudah dipaparkan bahwa ini  tidak dapat dikerjakan dan dipikirkan oleh hanya satu orang sendirian. Itu sebuah komitmen bersama yang dibangun sejak Puspapari ada. Nama Puspapari sudah terdengar indah, kiranya ke depan semakin indah sebagai tempat belajar tentang pangan dan energi bagi komunitas dalam kepemimpinan dan manajemen yang benar-benar mengangkat harkat petani, sebagaimana ada di dalam Renstra Trukajaya 2011-2016.

Penutup
Apapun aktivitas masyarakat, apakah mereka petani, peternak, pengusaha kecil, pedagang, guru, ibu rumah tangga, apapun profesi mereka di perdesaan, Community Development membutuhkan kepemimpinan yang melayani. Itulah yang diajarkan Yesus, sang pengorganisir sejati ketika membasuh kaki murid-murid.
Di dunia ini tidak ada prestasi yang bermakna tanpa melalui proses dan perjuangan. Pencapaian yang diraih Trukajaya sekarang bukan sulap bukan sihir, tetapi melalui perjalanan panjang Community Development dengan program transmigrasi di tahun 1960-an sampai dengan program-program yang ada sekarang. Bangsa Israel dipimpin Musa dan Harun perlu waktu 40 tahun meninggalkan perbudakan di Mesir. Tetapi pendidikan itu berlangsung terus meskipun mereka sudah keluar dari tanah perbudakan. Sebagaimana Yesus mendidik para murid, proses pendidikan itu terus berlangsung meskipun generasi berganti.
Tempat di mana saya berada di Trukajaya saat ini menjadi batu penjuru yang saya pijak untuk meneruskan langkah menuju ke sebuah pencapaian berikutnya yang sudah dirancang oleh Tuhan, namun secara pribadi saya sendirilah yang harus mengambil peran secara aktif untuk mencari tahu kehendak Tuhan untuk saya di Trukajaya ini. Secara kelembagaan, Trukajaya sendirilah yang harus memahami langkah-langkah berikutnya. Community Development adalah dunia luas yang selama ini menghidupi saya, mendidik dan membentuk pikiran saya, dipupuk oleh Trukajaya. Bagaimana saya menemukan konsep yang konkret untuk menerapkan pembelajaran Community Development dalam 14 tahun yang sudah saya lalui untuk kemandirian dan kedaulatan Trukajaya, akan terlihat dalam 1 tahun, 5 tahun dan 10 tahun ke depan.



Salatiga, 15 Pebruari 2016
Eunike Widhi Wardhani

MANA BISA BERHENTI BELAJAR ORGANISASI PETANI


 ...dalam rangka STUDI WISATA staf TRUKAJAYA ke desa Dengok Kec. Playen Kab.  GUNUNG KIDUL...

Kami mendapat kesempatan mendengarkan cerita pengalaman Pak Harsono, ketua organisisai tani di tingkat dusun yang mengelola 2 kelompok sekaligus.
  1. Kelompok Peternak Ngudi Hasil berdiri pada 1999 beranggotakan 19 orang yang kegiatannya adalah pengembangan ternak sapi. Kelompok mengembangkan organisasinya tersebut dengan kelengkapan AD/ART, buku kas dan buku tamu. Kemudian kelompok mengajukan nomor registrasi organisasi ke Dinas Pertanian Kab. Gunung Kidul dan mendapat fasilitas pendampingan, informasi dan beberapa bantuan dari pemerintah. Pak Harsono, ketua kelompok menyampaikan sebuah semboyan bahwa petani itu harus punya tanah garapan. Untuk itu beliau berupaya keras mengembangkan organisasi kelompok dengan membangun relasi dengan beberapa mitra baik dari kelompok local di desa, gereja, kelompok mesjid maupun NGO yang ada di sekitar Yogyakarta.  
  2. Pendampingan kelompok seterusnya dilakukan oleh USC Satunama yang mengorganisir mereka membentuk Kelompok Tani Rigen (Rakyat Iguh ngGayuh Ekonomi Nyata), berdiri tahun 2004. Masalah utama di awal adalah kekeringan. Petani butuh sumur ladang karena tidak ada alirang irigasi teknis. Kelompok ini mendapat bantuan pemerintah berupa 3 mesin pompa dan 4 rumah kompos. Kehadiran mesin pompa sangat dirasakan manfaatnya bagi anggota. Mereka dapat menanam jagung, cabai rawit dan aneka sayuran lainnya dengan air yang cukup. Pak Harsono, mengatakan bahwa program-program pemerintah sangat mudah diakses asalkan kegiatan dan laporan kita tidak fiktif.
Anggota 2 kelompok tersebut hampir sama, artinya anggota kelompok Ngudi Hasil juga adalah anggota Kelompok Tani Rigen.
Saat ditanya ada 2 organisasi yaitu Ngudi Hasil dan Rigen, bagaimana mengurus legalisasinya dan apakah tidak repot mengurus 2 organisasi, ketua kelompok menjelaskan bahwa kerja-kerja tidak dilakukan sendiri, tetapi kelompok ini juga belajar dari CD Betesda, Sahabat Gloria dan Pdt. Harjono Jodhog. Tetapi kelompok ini menghargai pluralitas. Pak Harsono ketua kelompok beragama Kristen, tetapi wakilnya adalah seorang Imam di masjid. Meskipun demikian duet mereka sebagai pemimpin kelompok sangat solid, mereka dapat berbagi peran dengan baik dan saling menguatkan satu sama lain. Mereka memiliki satu pandangan yang sama yaitu Pertanian Lestari untuk Kedaulatan Petani.
Kelompok sudah mengetahui kalau sekarang Pertanian Lestari menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan. Pak Harsono bersama kelompoknya mempunyai impian menyadarkan petani di desanya untuk ber-pertanian lestari. Untuk itu beliau membuat sebuah Karya Tulis berjudul : HIDUP SEHAT KARENA BERTANI SEHAT.
Masalah yang dihadapi : proposal-proposal ditunggangi kepentingan politik. Dibutuhkan orang-orang yang berani dan kritis terhadap isu-isu dari luar kelompok yang hanya untuk memanfaatkan kelompok saja. Selama ini kuatnya organisasi mereka dapat melewati setiap hambatan yang dihadapi.
Di sela-sela belajar, kami pun berkesempatan menikmati nasi tiwul dan aneka jajanan khas dari tiwul dan pangan lokal lainnya. Uenak lho...
Kiranya pengalaman ini berguna bagi kita semua.
Terima kasih.


Eunike Widhi Wardhani

Take my hand (taken from ARI songs)


Take my hand
(taken from ARI songs)

I’m calling to the country folks who work upon the land
To come and share the vision we have shape into a plan
Side by side we’ll find a life of strength and dignity
Until the day we all can feed ourselves we never will be free

Take my hand which has labor in the soil
Together we will stand for together we must toil
To build the world where hunger will not keep the people chained
To build the world that will still bear fruits tomorrow

1.       I’m calling to the rich folks in their mansion down the road
To come and see the backs that break while carrying in your load
Please come let us show you how the chemicals you send
Kill the earth which some day must support your children

2.       I’m call to the heavens to the power their above
To thank you for the harvest given freely through Your Love
Grant us, courage, strength and hope throughout the coming year
For the sake of all the planets, Lord, I hope that you can hear me singing

terjemahan bebasnya.....

Artinya dalam bahasa Indonesia
Top of Form
Pegang tanganku

1.
Kupanggil orang-orang desa dari berbagai negri yang bekerja di atas tanah
untuk datang dan berbagi visi yang kita miliki yang kita bentuk menjadi rencana
Berdampingan kita akan menemukan kehidupan
dari kekuatan dan martabat
Sampai
suatu hari kita semua dapat memberi makan diri kita sendiri, kita tidak akan pernah bebas

Chorus:
Pegang tanganku yang bekerja untuk tanah
Bersama-sama kita akan perjuangkan
, bersama-sama kita harus bekerja keras
Untuk membangun dunia di mana kelaparan tidak akan me
mbelenggu orang-orang
Untuk membangun dunia yang masih akan
menghasilkan buah di esok hari

2.
Kupanggil orang-orang kaya di rumah besar mereka di jalan
untuk datang dan melihat punggung yang “patah” ketika membawa beban anda
Mari datanglah, kami tunjukkan kepada anda bagaimana bahan kimia yang anda kirim membunuh bumi yang suatu hari nanti harus mendukung kehidupan anak-anak anda

3.
Kupanggil Tuhan Yang Maha Kuasa atas mereka semua
Terima
kasih untuk panen yang diberikan secara cuma-cuma  melalui kasihMu
Berilah kami, keberanian, kekuatan dan harapan sepanjang tahun mendatang
Demi semua planet, Tuhan, aku berharap bahwa
Engkau bisa mendengarku bernyanyi\

Chorus....