Rabu, 13 Februari 2013

Menciptakan hutan tropis



Menciptakan hutan tropis baru, mungkinkah?
Oleh : Eunike Widhi Wardhani

sekelumit tentang Agroforestri
Pengelolaan hutan secara partisipatif

Keanekaragaman hayati untuk kelestarian lingkungan hutan

Hutan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan itu sangat penting sebagai sumber daya alam hayati untuk pelestarian spesies tumbuhan dan hewan tertentu agar tetap tumbuh dan berkembang biak sampai di masa depan. Pelestarian keanekaragaman itu harus menjadi prioritas utama bukan hanya untuk tujuan keanekaragaman itu saja tetapi juga untuk memelihara kondisi lingkungan secara umum seperti terkendalinya aliran permukaan, pencegahan erosi, perlindungan tanah, perbaikan mikroklimat dan sumber plasma nutfah, serta memperkecil resiko terjadinya kepunahan.
Kebutuhan akan kayu industri maupun tuntutan akan keseimbangan ekosistem hutan tropis sama-sama memerlukan keberadaan hutan tropis itu baik mengenai luas maupun kualitasnya sehingga kedua kepentingan itu dapat berjalan bersama. Produksi kayu yang lestari dan efisien tetap menjadi tujuan utama pengelolaan hutan, namun demikian jika pembukaan hutan, pemanfaatan atau penebangan hutan dilakukan dengan cara yang tidak bijaksana justru akan mengancam keseimbangan ekosistem hutan. Oleh karena itu sumber daya  hutan harus dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana disertai dengan tercapainya kualitas kehidupan hutan yang baik tanpa penurunan mutu lingkungan.

Produksi hutan tropis

Kayu dikenal sebagai bahan dan alat dalam berbagai segi kehidupan manusia. Kayu menjadi suatu bahan yang sulit digantikan oleh bahan lain karena sifatnya yang luwes dan alami. Hal itu menyebabkan kayu lebih disukai sebagai bahan perabot, bahan bangunan atau keperluan lain, meskipun kini ada bahan-bahan  lain pengganti kayu.
Kayu industri dihasilkan dari hutan, baik hutan alam maupun hutan buatan. Negara-negara berkembang di daerah katulistiwa umumnya memiliki hutan tropis yang cukup luas, yang menyediakan kayu dalam jumlah besar dan berpotensi dalam perdagangan kayu dunia. Di Indonesia selama lebih dari satu abad yang lalu telah memiliki hutan alam jati di pulau Jawa yang membuktikan tingginya potensi hutan Indonesia khususnya pulau Jawa dalam menyumbangkan hasil hutan terutama kayu dengan kualitas yang baik.
Meskipun telah diciptakan produk-produk sintetis pengganti kayu, konsumsi kayu dunia terus meningkat. Negara-negara maju mengkonsumsi lebih banyak kayu di pasaran dunia. Sedangkan negara-negara berkembang yang memiliki persediaan kayu lebih banyak konsumsi kayunya jauh lebih rendah. Di beberapa negara yang sekarang sudah maju, dahulu kayu merupakan bahan industri yang dominan untuk alat pertanian, kendaraan, mesin pintal, mesin cetak, industri kapal, peleburan besi, dan lain-lain. Kebutuhan akan produk industri itu terus meningkat sehingga dibutuhkan lebih banyak  persediaan kayu, padahal luas hutan semakin berkurang (Wardhani, 1995).

Ketidakseimbangan ekosistem dan kerusakan hutan tropis

Hutan tropis  di bumi ini berada pada 3 wilayah utama yaitu Amerika Selatan, Afrika dan Asia Tenggara. Karena hujan turun hampir tiap hari dan hawa panas sepanjang tahun, maka hutan tropis  menjadi wilayah yang lembab. Kelembaban itu menyebabkan penguraian sisa-sisa tumbuhan berlangsung dengan cepat sehingga kesuburan tanah relatif tinggi. Maka tak heran kalau hutan tropis  ditumbuhi banyak spesies tumbuhan baik yang dapat menghasilkan makanan tersendiri (memiliki zat hijau daun) maupun yang tidak memiliki zat hijau daun atau tidak dapat menghasilkan makanan sendiri. Karena tumbuhan merupakan produsen dalam rantai makanan serta tumbuhan itu terdapat dalam jumlah besar, maka akhirnya komponen-komponen dalam rantai makanan yang lain banyak hidup di hutan tropis. Semua itu menyebabkan hutan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Sifat ketergantungan satu sama lain dari tumbuhan dan satwa di hutan tropis dan interaksi dengan lingkungannya dapat ditunjukkan dengan contoh : Banteng membutuhkan rumput sebagai makananannya; rumput dapat tumbuh dengan baik karena dari pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mati. Contoh lainnya : berbagai tumbuhan membutuhkan serangga untuk penyerbukan bunga dalam proses reproduksinya.
Luas hutan tropis semakin berkurang namun manusia tetap mengharapkan hutan tropis yang masih ada sekarang menjadi penyedia benih yang paling aman untuk melestarikan keanekaragaman hayati bagi pertumbuhan kembali di masa depan.
Di dalam ekosistem hutan tropis terjadi perpindahan energi dari tumbuhan ke makhluk hidup lainnya melalui rantai makanan. Beberapa rantai makanan membentuk jaring-jaring makanan. Pada setiap perpindahan energi, energi yang hilang adalah panas. Dari tumbuhan berupa penguapan, sedangkan dari hewan panas tersebut digunakan sebagai tenaga untuk bergerak. Demikianlah setiap makhluk hidup di dalam ekosistem hutan tropis dibatasi kehidupannya oleh makhluk hidup lain sehingga jika ekosistem itu seimbang tidak akan terjadi peledakan populasi suatu jenis makhluk.
Ketidakseimbangan dalam ekosistem itu dapat mempengaruhi kehidupan di dalam hutan itu. Apalagi bila sudah mengarah pada kerusakan, karena ketidakseimbangan itu sendiri sebenarnya sudah menjadi bagian dari kerusakan. Banyak penyebab kerusakan hutan tropis, satu diantaranya yang paling besar adalah pembukaan dan penebangan hutan yang tak terkendali. Kebutuhan manusia akan tempat tinggal dan alat-alat penunjang kehidupan secara lambat namun pasti telah mendesak keberadaan hutan tropis. Kayu-kayu tropis dari hutan alam yang berkualitas tinggi semakin berkurang dan lama-lama akan habis untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu kebakaran hutan juga merupakan penyebab kerusakan hutan terutama terjadi musim kemarau panjang. Perburuan liar terhadap satwa-satwa hutan tertentu untuk kepentingan keindahan atau kepuasan manusia juga termasuk ancaman bagi hutan itu. Dalam hal ini ancaman yang paling serius adalah penebangan hutan karena akibatnya paling jelas dirasakan secara global. Beberapa akibat yang timbul secara  langsung misalnya kerusakan pohon-pohon kecil karena tertimpa robohnya pohon-pohon yang ditebang, kerusakan akibat penggunaan mesin-mesin berat yang memadatkan tanah, kemudian pembuatan jalan-jalan untuk transportasi hasil hutan yang mengurangi area produksi hutan.
Kerusakan ekosistem hutan akan mempunyai dampak yang lebih luas lagi, tergantung besarnya kerusakan. Dampak tersebut misalnya meningkatnya panas global dan perubahan iklim. Kerusakan ekosistem Hutan Tropis juga dapat menurunkan keanekaragaman hayati (biodiversitas). Padahal keanekaragaman hayati hayati merupakan sumber plasma nutfah yang sangat penting dalam peningkatan kesejahteraan melalui usaha budidaya pertanian.
Disamping hal-hal tersebut di atas ancaman kepunahan juga dapat dialami oleh satwa-satwa tertentu. Ancaman ini terjadi karena kerusakan atau menyempitnya habitat. Akibat kebisingan dan pengaruh lain menyebabkan satwa bermigrasi ke lain daerah atau mati. Migrasi bagi hewan-hewan tertentu juga merupakan ancaman tersendiri, terutama kalau tidak  memperoleh habitat yang cocok.


Pembangunan hutan buatan

Pembangunan hutan buatan merupakan salah satu jawaban dari masalah di atas. Pengelolaan hutan buatan diharapkan akan memberi kesempatan pada hutan alam untuk tumbuh kembali. Selain itu untuk memanfaatkan alih teknologi dalam industri kayu, maka sebaiknya kayu industri tidak dijual dalam bentuk kayu gelondongan. Karena proses  produksinya yang cepat mendorong banyaknya volume penebangan, serta tidak memiliki nilai tambah padahal setelah kayu itu menjadi barang jadi, harganya jauh lebih tinggi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah menggalakkan atau memasyarakatkan konsep konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Konsep ini di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Dalam peraturan tersebut dijelaskan tentang pendayagunaan sumber daya alam hayati baik tumbuhan maupun hewan dan sumber daya alam non hayati yang membentuk ekosistem dengan tetap memelihara kualitas keanekaragaman dan nilainya.



Salatiga, Mei 2009


Eunike Widhi Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar