Selasa, 01 Maret 2016

Latihan banyu udan setrum (1)




Sebuah laporan kegiatan elektrolisa air yang diselenggarakan oleh
PUSAT PENGEMBANGAN PANGAN DAN ENERGI, PUSPAPARI

Hari / tanggal      : Selasa/ 15 Desember 2015
Tempat Pelatihan:
Laboratorium Hujan PSM (Pasturan Sanjaya Muntilan)





Ditulis oleh; Eunike Widhi Wardhani
                      Koordinator / CEO


Pendahuluan

Elektrolisa Air merupakan salah satu materi yang telah dimasukkan dalam rencana kegiatan yang disusun bulan Nopember 2015 oleh PUSAT PENGEMBANGAN PANGAN DAN ENERGI (PUSPAPARI). Ketika manajemen Trukajaya mempercayakan pembelajaran elektrolisa air untuk dikerjakan oleh PUSPAPARI dalam rangka program pengembangan staf (staff development), maka persiapan kurang dari 1 minggu pun dilakukan dengan menghubungi ahlinya langsung yaitu Rm. Vincentius Kirjito Pr yang saat ini bertugas di Muntilan. Rencana awalnya, PUSPAPARI meminta Romo Kir untuk datang di PUSPAPARI Sumberejo, tetapi oleh karena pertimbangan kelengkapan alat dan bahan, akhirnya pembelajaran dilakukan di laboratorium hujan Pasturan Sanjaya Muntilan (PSM) diikuti hanya oleh 4 orang staf dari 15 staf yang direncanakan ikut.
Seharian berguru langsung kepada Romo Kir bersama timnya mulai jam 9 pagi hingga jam 5 sore  staf Trukajaya mengikuti seluruh rangakaian belajar diawali dengan teori, diskusi sampai dengan praktek membuat air setrum. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktek adalah air hujan dan air sumur. Mengapa air hujan? Air hujan yang selama ini dianggap sebagai air kotor, penyebab batuk, pilek maupun citra buruk lainnya, ternyata semua itu tidak benar. Air hujan justru lebih sehat dibanding air tanah (sumur, sungai maupun sumber dari tanah lainnya) dan merupakan berkah bagi kesehatan manusia.
Sebagaimana seminar-seminar lainnya yang dilakukan Trukajaya, pemahaman teori yang cukup menjadi prasyarat bagi pembelajar nyetrum air ini jika ingin menindaklanjutinya di komunitas.  Teori dan diskusi dimulai dengan topic persoalan air yang intinya terletak pada issu kemandirian masyarakat terhadap air minum. Perkembangan teknologi air minum melalui beberapa tahapan. Dahulu nenek moyang kita mengumpulkan air hujan, ditampung dan diendapkan. Itulah proses PENGENDAPAN. Di bagian bawah terkumpul zat padat seperti Zn, Pb, Fe, dll. Zat-zat tersebut menyebabkan air menjadi tidak enak jika diminum.
Kemudian teknologi air minum lebih maju sedikit dengan filterisasi sederhana menggunakan ijuk, sepet (sabut kelapa) dan pasir. Perkembangan berikutnya muncul filterisasi modern menggunakan peralatan yang mahal, ada filterisasi yang menggunakan Chlorin, dan ada pula metode RO (reverse osmosis) atau filterisasi terbali yang menghasilkan air dengan TDS 0 ppm. Apa itu TDS? Uraian di bawah akan menjelaskannya. Semua metode di atas bertujuan untuk mendapatkan air rendah mineral.
Kita tidak pada area filterisasi tetapi elektrolisa atau ionisasi atau melakukan penyetruman air. Metode ini bukan menggantikan pengendapan dan filterisasi, namun melengkapinya.

Mengapa air minum perlu dielektrolisa?
Elektrolisa air minum bertujuan memisahkan air (baik yang sudah melalui pengendapan dan penyaringan ataupun belum) menjadi air asam dan air basa dalam bejana berhubungan yang dialiri arus listrik searah (DC) seperti pada skema berikut ini

                                        (-)                            (+)



basa
 
 

asam
 
pH tinggi                                                                                            pH rendah





 




Setelah proses penyetruman berlangsung sekitar 1 jam, mineral-mineral yang bersifat asam akan terkumpul di kutub positif/ tabung asam, dibuktikan dengan pH-nya yang menurun. Sedangkan mineral yang bersifat basa akan terkumpul di kutub negative (tabung basa), dengan pH-nya yang meningkat.
Tubuh kita ini sudah mengandung asam, dari makanan dan minuman yang kita konsumsi. Kandungan asam yang terlalu tinggi dan terus-menerus sering menimbulkan berbagai keluhan seperti asam lambung, asam urat, kadar kolesterol tinggi, kandungan asam yang mengeroposi tulang (karena tulang seharusnya bersifat basa), untuk itu tubuh kita perlu dinetralkan dengan cara minum air basa (pH di atas 8 atau bahkan smpai 10 lebih baik). Dari proses elektrolisa, air basa itulah yang kita minum jika kita memiliki keluhan berkaitan dengan kandungan asam yang tinggi dalam tubuh kita.
Sedangkan TDS (total dissolved solid) adalah keseluruhan zat padat terlarut dalam air. Pengertian sederhananya TDS adalah kandungan mineral terlarut dalam air (Kompas, 5 April 2015). Semakin rendah TDS air semakin mendekati murni karena kandungan zat padat terlarut termasuk logam berat semakin kecil. Yang tergolong air murni adalah air dengan TDS kurang dari 10 ppm (kurang dari 10). Untuk mengetahuinya dibutuhkan alat pengukur TDS yang disebut TDSmeter. TDSmeter digunakan untuk mengetahui kadar TDS air baku sebelum disetrum.
Pemerintah menetapkan standard air layak minum jika TDS-nya kurang dari 500 ppm (SNI 2006). Sedangkan standard TDS air layak minum menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) adalah di bawah 50 ppm. Hal ini tidak pernah dipahamkan kepada masyarakat. Itulah tugas kita sebenarnya sebagai pendamping masyarakat untuk mengajak mereka memahami syarat air yang layak minum untuk kesehatan.



Praktek elektrolisa air minum

Setelah teori dan diskusi, acara dilanjutkan dengan praktek merakit tabung dan melakukan elektrolisa. Bahan dan alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Bahan :
1.    Ring tower/ neple 3/4
2.    Seal (karet segel) ¾
3.    Kran dispenser
4.    2 stoples
5.    Besi stainless (plat/ kawat/ sendok/garpu stainless) sebagai konduktor
6.    Adaptor jadi yang sudah dipisah kedua kutubnya (positif dengan jepit buaya merah dan negative dengan jepit buaya hitam)
7.    Air hujan mentah (tidak perlu direbus)
8.    Air sumur

Alat :
1.    Bor dan mata bor ¾ (atau pipa besi/alumuniun ¾ dipanaskan)
2.    Solder
3.    Penggaris siku
4.    Tang
5.    pH meter dan TDS meter

Cara kerja :
1.    Ambil kedua tabung stoples untuk membuat bejana berhubungan, masing-masing ukurlah dari dasar/bagian bawah setinggi 3 cm dan beri tanda kemudian lubangi satu per satu menggunakan bor atau besi panas.
2.    Hubungkan keduanya lubang dengan memasang ring tower. Pastikan tidak ada kebocoran dengan mencobanya mengisi dengan air.
3.    Setelah dipastikan tidak ada kebocoran, masukkan 3 lembar kapas ke dalam ring tower dengan cara digulung dan dipadatkan. Kapas ini sebagai pembatas antara asam dan basa dalam bejana berhubungan tersebut.
4.    Lubangi tutup stoples untuk memasukkan besi stainless hingga ke dasar, tetapi ujung bagian atas harus muncul di atas tutup sebagai tempat memasang jepit buaya.
5.    Isilah stoples dengan air hujan mentah atau air sumur, ukur pH dan TDS  awalnya.
6.    Tutuplah stoples menggunakan tutup yang sudah dipasangi besi stainless yang muncul di permukaan tutup. Pasang jepit buaya pada posisi yang benar dan hubungkan dengan listrik, tekan saklar on
7.    Tunggu sekitar 1 jam
8.    Pengamatan dilakukan dengan melihat tingginya permukaan air di kedua tabung, mengukur pH dan TDSnya.



Pembahasan
Dalam beberapa referensi tentang elektrolisa air (air setrum), disebutkan bahwa untuk mendapatkan air dengan pH tinggi dibutuhkan waktu 5-10 jam. Tetapi sebenarnya kenaikan pH sudah terjadi meskipun baru 1 jam disetrum. Dari percobaan di PSM Muntilan diperoleh data sebagai berikut :

     parameter
bahan
TDS awal
TDS setelah 1 jam
di tabung basa
pH awal
pH setelah 1 jam di tabung basa
Air hujan dak
23
20
8,7
9,8
Air sumur 1
193
40
6,1
9,0

Oleh karena merupakan bejana berhubungan, maka saat mulai menyetrum, tinggi permukaan air akan sama di kedua tabung. Tetapi pasca setrum akan terjadi perubahan, yaitu permukaan air di tabung basa akan naik lebih tinggi dibanding air di tabung asam karena air basa lebih ringan daripada air asam. Air basa inilah yang kita minum untuk menetralkan asam yang berlebihan dalam tubuh kita. Sedangkan air asam dapat digunakan untuk mencuci, mengepel atau menyiram tanaman. Sedapat mungkin tidak ada yang terbuang. Menurut cerita Romo Kir bahkan ada pembelajar yang sudah mencoba menggunakan air asam sebagai obat luka luar dan berhasil sembuh. Siapa saja dipersilakan bereksperimen tentang air ini.
Jika menggunakan air hujan, setelah air basa ditampung di botol-botol, kemudian dapat dilakukan penambahan langsung air hujan baru dengan memasukkannya pada tabung asam, yang otomatis akan mengalir lambat melalui kapas sehingga dicapai tinggi permukaan air di kedua tabung menjadi sama kembali, elektrolisa dapat dilanjutkan. Jika kapas sumbatan sudah terlihat kotor dan berubah warna, dapat dilakukan penggantian. Pengalaman Romo Kir, elektrolisa untuk air yang TDS-nya lebih dari 100, konduktornya akan lebih cepat rusak dibanding untuk air hujan. Konduktor yang digunakan dalam praktek ini adalah kawat stainless berkualitas tinggi yang tidak mudah keropos.

Hasil pembelajaran

Dari praktek yang dilakukan pada pembelajaran ini elektrolisa pada air hujan mentah dapat menaikkan pHnya dari 8,7 menjadi 9,8 dan TDSnya turun dari 23 menjadi 20 dalam waktu 1 jam. Adapun air sumur pHnya naik dari 6,1 menjadi 9,8 dan TDSnya turun dari 193 menjadi 40. Secara umum, air dengan TDS yang sudah rendah sulit diturunkan lagi karena memang demikian kualitas dari sumbernya yang sudah mendekati murni. Dalam praktek ini, air hujan TDSnya sudah rendah, sulit untuk dibuat lebih rendah lagi. Tetapi perubahan pH yang cukup signifikan pada kedua jenis air ini setelah elektrolisa membuktikan terpisahnya mineral asam dan basa. Air basa inilah yang dicoba diminum dan diperbandingkan oleh peserta. Hasilnya, air basa yang berasal dari air hujan mentah terasa lebih segar dibanding air sumur. Silakan dibaca juga tentang Air Hujan itu berkah dan Pembelajaran Elektrolisa Air di www.nikbrahmantyo.com.

 

Training day/date : Selasa, 15 Desember 2015
Venue of Training: PUSPAPARI


Eunike Widhi Wardhani
PUSAT PENGEMBANGAN PANGAN DAN ENERGI
Di bawah manajemen Unit Produktif Trukajaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar