Selasa, 01 Maret 2016

Air hujan itu berkah


AIR HUJAN ITU BERKAH

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) atau air langganan biasanya sudah memenuhi SNI yaitu TDS-nya di bawah 500 ppm. Air sumur pun TDS-nya ada yang sudah memenuhi SNI. Air-air tersebut sehat untuk orang yang selalu sehat. Tetapi pada kondisi sekarang di mana sumber-sumber air tercemar limbah, air murni sangat dibutuhkan. Dari mana kita mendapatkan air murni?
Mencari air dengan TDS < 50 dari berbagai sumber air tanah itu sulit sekali. Tetapi ternyata air hujan TDS-nya 4 atau 5, sering di bawah  10 (sangat rendah), memenuhi standard air murni. Romo Kir menyampaikan tentang banyak orang yang memiliki kesaksian setelah mengkonsumsi air hujan apalagi yang sudah disetrum, maka berbagai keluhan penyakitnya hilang. Romo Kir menjelaskan bahwa air hujan bukan obat tetapi diduga dengan mengkonsumsi air hujan yang sudah disetrum, kadar asam dapat diseimbangkan sehingga kerja metabolisme tubuh mulai diperbaiki, menjadi tidak berat lagi dan berangsur-angsur dapat berfungsi secara normal kembali.
Dengan mengkonsumsi air hujan setrum, kita akan mengetahui bagaimana  sel-sel baik di dalam tubuh dijaga/ dilindungi dan sel-sel yang rusak diperbaiki. Indikasi dari sel-sel baik dilindungi adalah meningkatnya stamina tubuh. Indikasi sel-sel rusak diperbaiki adalah kadar asam mulai berubah menjadi netral. Bahkan ada yang mengalami rambut yang sudah rontok dapat tumbuh kembali.
Air hujan itu berkah berlimpah. Air laut yang asin dapat menjadi tawar oleh peristiwa hujan. Karena air hujan sebenarnya adalah air penyulingan oleh alam. Jadi air hujan itu murni, bersih kalau ditampung dengan wadah yang bersih. Tetapi hujan tidak datang setiap saat tetapi hanya pada musim hujan. Saat musim hujan, air hujan berlimpah-limpah terbuang. Air itu sifatnya tidak dapat dikompresi sebagaimana gas. Harus bagaimana mengelola air hujan? Itu tugas manusia. Teknik ngundhuh air hujan perlu terus dikembangkan, yang terakhir menggunakan pralon yang ditanam di dalam bangunan gedung-gedung.



Salatiga, Pebruari 2016


Eunike Widhi Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar