Senin, 07 Maret 2016

MANA BISA BERHENTI BELAJAR ORGANISASI PETANI


 ...dalam rangka STUDI WISATA staf TRUKAJAYA ke desa Dengok Kec. Playen Kab.  GUNUNG KIDUL...

Kami mendapat kesempatan mendengarkan cerita pengalaman Pak Harsono, ketua organisisai tani di tingkat dusun yang mengelola 2 kelompok sekaligus.
  1. Kelompok Peternak Ngudi Hasil berdiri pada 1999 beranggotakan 19 orang yang kegiatannya adalah pengembangan ternak sapi. Kelompok mengembangkan organisasinya tersebut dengan kelengkapan AD/ART, buku kas dan buku tamu. Kemudian kelompok mengajukan nomor registrasi organisasi ke Dinas Pertanian Kab. Gunung Kidul dan mendapat fasilitas pendampingan, informasi dan beberapa bantuan dari pemerintah. Pak Harsono, ketua kelompok menyampaikan sebuah semboyan bahwa petani itu harus punya tanah garapan. Untuk itu beliau berupaya keras mengembangkan organisasi kelompok dengan membangun relasi dengan beberapa mitra baik dari kelompok local di desa, gereja, kelompok mesjid maupun NGO yang ada di sekitar Yogyakarta.  
  2. Pendampingan kelompok seterusnya dilakukan oleh USC Satunama yang mengorganisir mereka membentuk Kelompok Tani Rigen (Rakyat Iguh ngGayuh Ekonomi Nyata), berdiri tahun 2004. Masalah utama di awal adalah kekeringan. Petani butuh sumur ladang karena tidak ada alirang irigasi teknis. Kelompok ini mendapat bantuan pemerintah berupa 3 mesin pompa dan 4 rumah kompos. Kehadiran mesin pompa sangat dirasakan manfaatnya bagi anggota. Mereka dapat menanam jagung, cabai rawit dan aneka sayuran lainnya dengan air yang cukup. Pak Harsono, mengatakan bahwa program-program pemerintah sangat mudah diakses asalkan kegiatan dan laporan kita tidak fiktif.
Anggota 2 kelompok tersebut hampir sama, artinya anggota kelompok Ngudi Hasil juga adalah anggota Kelompok Tani Rigen.
Saat ditanya ada 2 organisasi yaitu Ngudi Hasil dan Rigen, bagaimana mengurus legalisasinya dan apakah tidak repot mengurus 2 organisasi, ketua kelompok menjelaskan bahwa kerja-kerja tidak dilakukan sendiri, tetapi kelompok ini juga belajar dari CD Betesda, Sahabat Gloria dan Pdt. Harjono Jodhog. Tetapi kelompok ini menghargai pluralitas. Pak Harsono ketua kelompok beragama Kristen, tetapi wakilnya adalah seorang Imam di masjid. Meskipun demikian duet mereka sebagai pemimpin kelompok sangat solid, mereka dapat berbagi peran dengan baik dan saling menguatkan satu sama lain. Mereka memiliki satu pandangan yang sama yaitu Pertanian Lestari untuk Kedaulatan Petani.
Kelompok sudah mengetahui kalau sekarang Pertanian Lestari menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan. Pak Harsono bersama kelompoknya mempunyai impian menyadarkan petani di desanya untuk ber-pertanian lestari. Untuk itu beliau membuat sebuah Karya Tulis berjudul : HIDUP SEHAT KARENA BERTANI SEHAT.
Masalah yang dihadapi : proposal-proposal ditunggangi kepentingan politik. Dibutuhkan orang-orang yang berani dan kritis terhadap isu-isu dari luar kelompok yang hanya untuk memanfaatkan kelompok saja. Selama ini kuatnya organisasi mereka dapat melewati setiap hambatan yang dihadapi.
Di sela-sela belajar, kami pun berkesempatan menikmati nasi tiwul dan aneka jajanan khas dari tiwul dan pangan lokal lainnya. Uenak lho...
Kiranya pengalaman ini berguna bagi kita semua.
Terima kasih.


Eunike Widhi Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar