Rabu, 02 Februari 2011

Pertanian Lestari

PERTANIAN LESTARI

Oleh : Eunike Widhi W

Siklus nutrisi dalam pertanian :

Matahari

Peternakan




Panen Pupuk kandang


Tanaman Tanah

Tanah dan kesuburan tanah

Fungsi tanah dalam pertanian :

1. Media (tempat) tumbuh tanaman

2. Penyedia hara/ makanan yang sangat diperlukan tanaman untuk berproduksi baik itu menghasilkan batang, buah, biji ataupun daun, akar, dan bagian lainnya. Tanpa hara dalam tanah itu mustahil tanaman dapat hidup apalagi berproduksi.

3. Tempat berlangsungnya dekomposisi (pelapukan) bahan-bahan organik.

4. Habitat mikroorganisme penyubur tanah yang sangat berjasa bagi tumbuhan

Kesuburan tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Jadi kalau tanah mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman saja, tetapi miskin bahan organic dan sulit diolah, maka tanah itu belum cukup dikatakan sebagai tanah yang subur. Karena sifat biologi dan fisik tanah belum tercukupi.

Pemupukan

Ketersediaan unsur hara dapat dipenuhi dengan penambahan pupuk. Tanaman kacang-kacangan memerlukan pupuk dengan kandungan N, P dan K. Rumput, terutama membutuhkan N banyak untuk tumbuh dan berproduksi menghasilkan daun. Hasilnya : tanaman kacang-kacangan menghasilkan panen dengan kandungan N yang tinggi karena memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dalam tanah sehingga dapat mengikat Nitrogen bebas dari udara. Maka limbah panen kacang-kacangan sering digunakan sebagai pupuk hijau.

Tanaman pada usia tertentu perlu pupuk dengan kandungan unsur hara tertentu. Namun ketersediaan mikroba tanah yang mendukung sifat biologi dan fisik tanah, tidak cukup dipenuhi hanya dengan penambahan sembarang pupuk. Kondisi fisik tanah misalnya tanah gembur sangat penting untuk perakaran agar mudah menembus tanah. Kondisi biologi tanah yang baik berarti dalam tanah terdapat cacing tanah dan mikroba tanah lainnya yang menguraikan limbah organic menjadi kompos, sehingga memperbaiki kesuburan tanah.

Dengan pemupukan urea, ZA, KCl, TSP secara benar tanaman akan berproduksi tinggi dari musim ke musim. Kondisi pertanian untuk ketersediaan pangan di negara kita sedang terpuruk. Pemerintah mengimpor beras dan gandum dari luar negeri untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Mengapa? Karena pertambahan jumlah penduduk yang drastis tidak sebanding dengan ketersediaan pangan. Usaha pertanian pun diupayakan terus untuk mengejar volume produksi dari tahun ke tahun. Namun kalau kita hanya mengambil hasil dari tanah semaksimal mungkin, kemudian tidak mengembalikan lagi kesuburan tanah itu, lama kelamaan tanah menjadi kering, keras dan miskin bahan organik. Selain itu pada titik tertentu produksi tanaman tidak meningkat terus seperti yang kita harapkan, tetapi justru lama-kelamaan menurun.

Banyak petani yang mengaplikasikan pupuk lebih banyak daripada tahun sebelumnya untuk mendongkrak panen. Demikian terus, hingga pada titik tertentu bukannya produksi tinggi yang kita peroleh, tetapi justru produksi rendah ditambah kerusakan lahan karena diforsir untuk menghasilkan panen melimpah, tetapi kita lupa untuk memberi “makanan” kepada tanah agar tetap sehat dan dapat berproduksi seperti yang kita harapkan. Selain itu residu pupuk dan pestisida kimia dari waktu ke waktu terkumpul di tanah membahayakan lingkungan : tanah, udara dan perairan. Aliran residu bahan kimia ke hilir sungai dan ke laut dapat mengganggu ekosistem laut.

Petani dan pertanian masih menjadi tumpuan harapan

Pemakaian pupuk atau pestisida kimia sebenarnya tidak diharamkan, tidak dilarang. Asalkan dilakukan secara benar dengan jumlah secukupnya (tidak berlebihan), pupuk dan pestisida kimia dapat dijadikan mitra petani. Pupuk dan pestisida kimia boleh digunakan namun sifatnya sebagai pelengkap saja. Pada tanah yang masih subur dengan kandungan hara yang lengkap, bisa jadi tanpa penambahan pupuk kimia, tanaman sudah berproduksi dengan baik. Dalam pengendalian hama terpadu dijelaskan bahwa penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir setelah cara-cara yang lain tidak membuahkan hasil dan catatan pentingnya adalah bila populasi hama/ penyakit sudah melebihi batas perhitungan untung rugi usaha tani, di situlah pestisida boleh digunakan.

Dalam hal ini kita diharapkan lebih bijak, ketika kita dapat menggunakan pestisida yang ramah lingkungan tanpa mempengaruhi hasil, mengapa harus menggunakan pestisida kimia yang berspektrum luas dan mematikan musuh alaminya juga? Sayangnya petani justru tergantung pada pupuk dan pestisida kimia itu dengan alasan praktis. Akan tetapi kalau kondisi tanah dan lingkungan sudah demikian parah, lalu akan berharap kepada siapa lagi kita, untuk memenuhi pangan di masa depan?

Selama manusia masih mengkonsumsi hasil pertanian, nampaknya pertanian masih akan menjadi tumpuan harapan pangan seluruh umat manusia di muka bumi. Maka sungguh mulia jasa petani kepada semua manusia di bumi ini. Karena lewat karya tangannyalah tergantung harapan seluruh manusia untuk makan, hidup, bergerak aktif, tumbuh, berkembang, berpikir dan bertindak. Bayangkan jika semua petani di Jawa Barat saja misalnya; serempak mogok menanam tanaman pangan. Bayangkan jika suatu saat mereka hanya menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi sendiri dengan keluarganya.

Pertanian Organik/ berkelanjutan

Issue tentang kerusakan tanah telah lama disadari oleh banyak pihak termasuk petani sendiri. Kita mulai merindukan kondisi alam dan makanan yang bebas kontaminasi bahan kimia, lebih sehat, yang ada di masa lalu sebelum dikenal banyak pupuk dan pestisida kimia. Muncullah produk-produk pupuk berlabel ramah lingkungan yang beredar di petani. Kembali petani tergantung pada produk-produk tersebut.

Salah satu pilihan bijak adalah pertanian yang berproduksi tinggi namun tidak merusak tanah dan alam lingkungan. Mungkinkah itu dilakukan? Jawabnya adalah mungkin dan kita mampu melakukannya.

Pemupukan yang bagaimana yang sebaiknya kita lakukan/ kita berikan kepada tanah kita? Pestisida yang bagaimana yang akan kita gunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kita? Banyak materi pelatihan yang diterapkan oleh para pegiat pertanian lestari di masyarakat. Mulai dari pembuatan kompos, pestisida nabati dan hayati, sampai pada budidaya tanaman. Pada prinsipnya menggunakan sumber daya local dan meminimalkan penggunaan input dari luar.

Prinsip-prinsip Pertanian Organik

  1. Menggunakan sumber daya lokal bermutu yang dapat diupayakan oleh petani sendiri
  2. Meniadakan penggunaan racun kimia (tidak mencemari tanah, udara dan perairan)
  3. Memperhatikan kesuburan tanah (kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah)
  4. Mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna yang bersumber pada potensi lokal
  5. Pengaturan pola tanam untuk memutus siklus hama dan penyakit

Pola Tanam

Secara umum pola budidaya tanam dibagi 2 : monokultur dan polikultur. Monokultur adalah menanam hanya 1 jenis tanaman, sebaliknya polikultur adalah menanam lebih dari 1 jenis tanaman, bisa 2, atau 3 jenis, atau lebih. Polikultur masih dibagi menjadi beberapa macam : system surjan, system lorong, system tumpang gilir, dsb.

Monokultur lebih mudah dikerjakan karena hanya 1 jenis tanaman. Namun dari segi volume hasil, polikultur lebih menguntungkan, karena panen tidak hanya 1 jenis komoditas sehingga dapat mengantisipasi kegagalan panen (artinya kalau satu komoditas mengalami gagal panen, masih ada panen komoditas lain). Dari segi hama dan penyakit, pola tanam polikultur dapat digunakan sebagai salah satu strategi memutus siklus hama dan penyakit apabila perpaduan tanaman tepat. Misal tanaman padi sering ditumpangsarikan dengan kacang panjang atau tanaman beraroma tajam seperti serai. Karena hama padi diusir oleh aroma serai yang tajam. Selain itu pola budidaya tanaman dalam satu tahun dapat direncanakan misal padi-padi-palawija. Atau padi-palawija-padi. Semua itu juga bertujuan memutus siklus hama dan penyakit padi.

Pemilihan benih dan bibit tanaman

Idealnya jenis tanaman untuk dikembangkan secara organic diperoleh dari benih-benih local. Misal padi local setempat, sayuran atau kacang-kacangan yang benihnya berasal dari benih local. Mengapa? Karena benih-benih tersebut telah terbukti dapat tumbuh dan berproduksi pada waktu lampau, mungkin 20 atau 30 tahun yang lalu. Karena kita tidak dapat memaksakan suatu jenis tanaman yang sebenarnya tidak cocok ditanam di suatu tempat. Mungkin tanaman itu dapat tumbuh dan hidup. Namun produksinya rendah, bahkan tidak dapat berproduksi.

Itulah maka kita sering mendengar/ mengetahui bahwa daerah A terkenal sejak dulu sebagai penghasil jeruk, daerah B penghasil apel, C Anggunr, padi, kelapa, kakao, dlsb. Karena memang hanya di daerah-daerah itulah jenis-jenis tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi secara optimal. Itu yang dinamakan keunggulan komparatif suatu daerah. Keunggulan komparatif tersebut sangat berkaitan dengan syarat tumbuh tanaman dari aspek iklim mikro, kesuburan tanah dan kondisi lingkungan. Selain itu berkaitan pula dengan budaya masyarakat setempat, sebagai contoh di Jawa Tengah dalam seluruh rangkaian budidaya padi, dilakukan ritual-ritual tertentu pada berbagai fase pertumbuhan padi, yang semuanya itu ada maknanya. Kadang-kadang seperti takhyul, tetapi kalau dianalisa sebenarnya cukup rasional.

Sebenarnya, akan baik jika semua daerah di Indonesia memiliki keunggulan komparatif, produk pertanian tidak hanya ikut arus. Si A menanam jagung. B, C, D dll ikut juga menanam jagung karena tergiur penghasilan tinggi di tempat A.

Pertanian lestari sebaiknya menggunakan benih dan bibit tanaman local. Namun dalam konteks Sumbersari hal itu cukup sulit karena untuk padi, sudah tidak ada lagi benih local. Petani dapat menggunakan benih yang ada, meskipun bukan benih local tetapi harus dipilih benih yang baik, bermutu (baik mutu genetic, fisiologik dan fisiknya) dan kemudian dibudidayakan secara organic. Petani perlu membiasakan lagi melakukan seleksi benih untuk persediaan musim tanam berikutnya.

Pembuatan pupuk dan pestisida organic

Bahan organic mengandung mikroorganisme yang baik untuk kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kimia tidak dapat mengembalikan bahan organic tanah, sehingga kesuburan tanahpun menurun. Maka bahan organic atau kompos mutlak diberikan pada tanah. Banyak resep atau materi pembuatan kompos. Pada intinya menggunakan kotoran ternak, limbah panen, seresah daun atau bahan-bahan organic lainnya baik dengan pemeraman biasa dalam waktu lama maupun difermentasikan dengan bantuan bakteri fermentasi seperti EM4, mikroorganisme buatan sendiri, rumen sapi dengan beberapa bahan tambahan. Sebaiknya petani mampu membuat bakteri fermentasi sendiri agar tidak tergantung harus membeli bakteri. Bahkan lebih baik lagi jika produk tersebut dari petani dapat dijual ke pengguna lainnya.

Demikian pula insektisida, fungisida dan herbisida organic dapat kita buat sendiri dari bahan-bahan alami. Karena sifatnya yang alami, maka pestisida organic ini aman bagi lingkungan dan mudah terurai di alam. Sedangkan daya racunnya pada hama dan penyakit, tidak kalah dengan pestisida kimia. Prinsip bahan alami untuk pestisida adalah : beraroma tajam (menyengat), berasa tajam (pahit, pedas) dan beracun (mematikan atau memandulkan hama).

Kedaulatan petani

Banyak pihak kadang lupa untuk menghargai peran besar petani dalam kehidupan ini. Petani diposisikan sebagai pihak yang lemah, terdesak dan tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan. Apa yang mereka tanam, bagaimana budidayanya, bagaimana memperoleh benih, dlsb terlalu banyak intervensi pihak luar. Petani hanya disodori berbagai merk dan jenis bahan serta alat untuk budidaya pertaniannya, tetapi semua itu sebenarnya tidak memberdayakan dan memandirikan petani.

Benih padi yang dahulu petani dapat memproduksi sendiri dengan kearifan lokalnya, lama kelamaan tergeser oleh benih pabrik yang dikuasai hanya oleh produsen benih dan direkomendasi oleh pemerintah untuk dipasarkan, dan semua itu introduksi dari luar. Bahkan lebih parah lagi petani sering tertipu benih palsu yang berlabel. Selain itu perusahaan pestisida, herbisida dan fungisida kian marak berlomba menawarkan hasil yang tinggi di musim panen.

Produksi memang tinggi. Tetapi di musim tanam berikutnya untuk mempertahankan produksi pada tingkat itu, aplikasi pupuk dan pestisida harus ditambah dan ditambah lagi dari musim ke musim. Lama kelamaan petani tergantung pada pupuk dan pestisida kimia, kesuburan tanah menurun, risiko bahaya racun kimia mengancam manusia dan makhluk hidup lainnya dan benih local menghilang punah. Budaya pertanian berubah dan kedaulatan petani musnah.

Sudah saatnya petani diberdayakan untuk menerapkan usaha tani yang mandiri. Mulai dari benih, pupuk dan sarana produksi lain yang mengangkat kemampuan dan keterampilan petani untuk mengupayakan, merawat dan menjaga ketersediaannya secara mandiri, tidak tergantung pada input-input dari luar yang mematikan kearifan lokal dan kedaulatan petani. Memang kini hal itu memerlukan proses yang panjang, tidak mudah dan tidak cukup dilaksanakan dalam hitungan minggu atau bulan. Perlu bertahun-tahun untuk memunculkan kembali kedaulatan petani untuk kedaulatan pangan. Perlu dukungan dari banyak pihak untuk mewujudkannya. Namun ada satu keyakinan yang dapat kita jadikan semangat bahwa pertanian adalah untuk kehidupan. Kehidupan kita sekarang dan tentu kehidupan anak cucu kita kelak. Tentu kita tidak hanya menjalankan usaha tani untuk kehidupan sekarang saja tanpa memikirkan bagaimana anak cucu kita memperoleh makanan dan gizi untuk pertumbuhan, kesehatan, kekuatan dan kecerdasan mereka. Kita sehat salah satu factor penentu terbesarnya karena memakan makanan yang cukup dan sehat pula. Untuk memperoleh makan sehat, kita harus mengupayakan setiap tahap dalam proses produksi pertanian yang sehat dan cukup. Siapa lagi yang memulai kalau bukan kita? Dan kapan lagi kita memulai kalau tidak sekarang?

Salatiga, 10 Oktober 2008

Eunike Widhi Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar