Senin, 23 Januari 2017

Kegiatan saya dalam kerjasama Trukajaya-EED



1.      Selain proyek yang sudah saya jelaskan di atas, saya juga masih membantu proyek-proyek Trukajaya dengan EED yang sudah berlangsung lebih dulu dibandingkan dengan ICCO yang bertajuk Ketahanan Pangan ini. Di proyek dengan EED pada tahun 2011-2012 (usai menjadi manajer program) saya ditempatkan pada posisi staf Produksi dan Usaha Produktif Perdesaan, dengan job desc utama yang berkaitan dengan usaha produktif ramah lingkungan di perdesaan. Saya diminta mengawal program Pertanian Organik yang ditujukan untuk bisnis profit melalui budidaya padi organic di Desa Karangwungu kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten dan Desa Tlepokwetan kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Pada tahap budidaya, tidak ada kendala yang berarti. Tetapi masalah muncul ketika tiba pada pemasaran produk. Ketidaksiapan mengelola pengemasan, pergudangan, penghitungan stok produk, menyebabkan 30 % produk rusak karena lewat waktu dan penyimpanan kurang baik.   Saya juga pernah mengerjakan program peningkatan kapasitas perempuan di 3 desa : Kendel-Kemusu-Boyolali, Lembu-Bancak-KAb. Semarang dan Randurejo-Pulokulon-Grobogan. Itu berlangsung saat saya menjadi manajer program. Oleh karena staf lapang rural development hanya 2 orang , keduanya perempuan dan harus mendampingi 3 desa yang medannya cukup berat, oleh Pak Suwarto Adi direktur kami, saya yang masih menjabat sebagai manajer program “dipaksa” turun mengerjakan kerja lapang terutama di desa yang paling berat medannya, yaitu Desa Randurejo (sebuah desa hutan di perbatasan antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Sragen). Kami melakukan pelatihan membangun organisasi perempuan mandiri, AMT, pelatihan produksi makanan dan pendampingan kelompok usaha produktif. Sebenarnya cukup banyak kelompok-kelompok di desa itu yang memiliki SDM cukup berpotensi, tetapi kondisi lingkungan dan geografis kurang mendukung. Desa Randurejo sebagaimana umumnya desa di perbatasan wilayah kabupaten, sangat terisolir dengan kondisi jalan yang rusak parah terlebih pada musim hujan, jalan itu tidak dapat dilalui dengan mengendarai kendaraan roda 4 (pengendara sepeda motor saja banyak yang terjatuh karena jalan yang licin dan naik turun). Program itu berhenti setelah termin program selesai dan tidak ada dukungan dana. Program pengembangan usaha produktif mengalami kesulitan pemasaran produk (ceriping singkong, produk-produk makanan lainnya). Jalan yang buruk itu menyebabkan biaya transportasi cukup tinggi. Hanya ada sekolah dasar di desa itu, untuk melanjutkan sekolah anak-anak di Randurejo harus menempuh perjalanan ke luar desa. Jalan yang buruk itu juga menyebabkan anak-anak  mengalami kesulitan kalau ingin melanjutkan sekolah pasca Sekolah Dasar. Pendidikan mereka umumnya hanya sampai Sekolah Dasar. Desa Randurejo merupakan desa hutan  di bawah pengelolaan Perhutani KPH Gundih, Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang sulit diajak kerja sama untuk membantu mengangkat perekonomian warga sekitar. Beberapa kali kami bermaksud mengajak bekerja sama, dalam bentuk diskusi dan pengelolaan hutan bersama masyarakat di salah satu petak lahan hutan Randurejo, namun tidak pernah direspon. Itulah berbagai tantangan yang saya hadapi. Tetapi dinamika program Trukajaya membawa saya berpindah-pindah ke desa lainnya, ketika Randurejo didampingi staf lain dan problema di Randurejo menjadi tantangan kami bersama di Trukajaya sampai hari ini.

Eunike Widhi Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar