1.
Selain
proyek yang sudah saya jelaskan di atas, saya juga masih membantu proyek-proyek
Trukajaya dengan EED yang sudah berlangsung lebih dulu dibandingkan dengan ICCO
yang bertajuk Ketahanan Pangan ini. Di proyek dengan EED pada tahun 2011-2012
(usai menjadi manajer program) saya ditempatkan pada posisi staf Produksi dan
Usaha Produktif Perdesaan, dengan job desc utama yang berkaitan dengan usaha
produktif ramah lingkungan di perdesaan. Saya diminta mengawal program Pertanian
Organik yang ditujukan untuk bisnis profit melalui budidaya padi organic di
Desa Karangwungu kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten dan Desa Tlepokwetan
kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Pada tahap budidaya, tidak ada kendala
yang berarti. Tetapi masalah muncul ketika tiba pada pemasaran produk.
Ketidaksiapan mengelola pengemasan, pergudangan, penghitungan stok produk,
menyebabkan 30 % produk rusak karena lewat waktu dan penyimpanan kurang
baik. Saya juga pernah mengerjakan
program peningkatan kapasitas perempuan di 3 desa : Kendel-Kemusu-Boyolali,
Lembu-Bancak-KAb. Semarang dan Randurejo-Pulokulon-Grobogan. Itu berlangsung
saat saya menjadi manajer program. Oleh karena staf lapang rural development
hanya 2 orang , keduanya perempuan dan harus mendampingi 3 desa yang medannya
cukup berat, oleh Pak Suwarto Adi direktur kami, saya yang masih menjabat
sebagai manajer program “dipaksa” turun mengerjakan kerja lapang terutama di
desa yang paling berat medannya, yaitu Desa Randurejo (sebuah desa hutan di
perbatasan antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Sragen). Kami melakukan
pelatihan membangun organisasi perempuan mandiri, AMT, pelatihan produksi
makanan dan pendampingan kelompok usaha produktif. Sebenarnya cukup banyak
kelompok-kelompok di desa itu yang memiliki SDM cukup berpotensi, tetapi
kondisi lingkungan dan geografis kurang mendukung. Desa Randurejo sebagaimana
umumnya desa di perbatasan wilayah kabupaten, sangat terisolir dengan kondisi
jalan yang rusak parah terlebih pada musim hujan, jalan itu tidak dapat dilalui
dengan mengendarai kendaraan roda 4 (pengendara sepeda motor saja banyak yang
terjatuh karena jalan yang licin dan naik turun). Program itu berhenti setelah
termin program selesai dan tidak ada dukungan dana. Program pengembangan usaha
produktif mengalami kesulitan pemasaran produk (ceriping singkong,
produk-produk makanan lainnya). Jalan yang buruk itu menyebabkan biaya
transportasi cukup tinggi. Hanya ada sekolah dasar di desa itu, untuk
melanjutkan sekolah anak-anak di Randurejo harus menempuh perjalanan ke luar
desa. Jalan yang buruk itu juga menyebabkan anak-anak mengalami kesulitan kalau ingin melanjutkan
sekolah pasca Sekolah Dasar. Pendidikan mereka umumnya hanya sampai Sekolah
Dasar. Desa Randurejo merupakan desa hutan
di bawah pengelolaan Perhutani KPH Gundih, Perhutani Unit 1 Jawa Tengah
yang sulit diajak kerja sama untuk membantu mengangkat perekonomian warga
sekitar. Beberapa kali kami bermaksud mengajak bekerja sama, dalam bentuk diskusi
dan pengelolaan hutan bersama masyarakat di salah satu petak lahan hutan
Randurejo, namun tidak pernah direspon. Itulah berbagai tantangan yang saya
hadapi. Tetapi dinamika program Trukajaya membawa saya berpindah-pindah ke desa
lainnya, ketika Randurejo didampingi staf lain dan problema di Randurejo
menjadi tantangan kami bersama di Trukajaya sampai hari ini.
Eunike Widhi Wardhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar