Potensi aquatic sungai Serang di desa
Rambat
Potensi
aquatik yang terletak di sebelah Timur desa Rambat selama ini belum cukup
diperhatikan. Itulah fakta yang kita lihat, bila dibanding perairan Waduk
Kedung Ombo di sisi jauh lain. Bila kita saksikan perairan yang membentang
selebar + 50 m dan membasahi bibir daratan sebelah Timur Rambat
akan muncul banyak harapan di benak kita, apa yang dapat kita perbuat dengan air
gratis yang melimpah ini?
Sungai
tersebut adalah Sungai Serang, yang merupakan aliran sungai asli sebelum proyek
Waduk Kedung Ombo digarap di daerah tersebut. Warga dusun Ngendo dan Guyangan
sejak dulu sudah melakukan penangkapan ikan dan udang di sungai itu.
Tulisan singkat ini akan mengulas juga tentang kawasan hutan di sebelah Barat Rambat
sebelum tahun 1980-an (sebelum proyek KO diresmikan) yang topografi wilayahnya
berbukit-bukit. Seperti kita ketahui dalam ekosistem yang seimbang, hutan
memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, salah satunya
membantu meresapkan air ke dalam tanah sehingga air dapat disimpan untuk
kemudian dikeluarkan melalui sumber-sumber air (sumur dalam, umbul, sendang)
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun hal itu kurang disadari oleh
banyak pihak yang kemudian melakukan penebangan hutan secara liar tak
terkecuali wilayah yang sekarang menjadi kawasan Waduk Kedung Ombo.
Makin
berkurangnya jumlah tegakan di hutan tersebut menyebabkan berkurang pula
kemampuan hutan melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan air. Setiap hujan
tiba, sungai Rambat selalu banjir karena aliran air dari hutan yang mulai
gundul. Menurut cerita tokoh-tokoh masyarakat, banjir yang paling besar di
wilayah itu terjadi pada tahun 1986. Sebanyak 96 KK dari dusun Rambat pindah ke
Geneng dan Satreyan serta 60 KK dari Gambiran lama (dusun paling Timur dan
berada di sekitar DAS lama) terpaksa mengungsi ke dusun-dusun lain di sebelah
Barat yaitu Ngepungan dan Gambiran baru. Yang terakhir disebut demikian karena
dusun Gambiran lama terendam air dan semua penduduknya hijrah ke tempat aman
yang kemudian juga diberi nama dusun Gambiran. Demikian setiap tahun terjadi
banjir di sungai itu.
Sejarah
selanjutnya, proyek Kedung Ombo dilaksanakan dengan mentransmigrasikan penduduk
baik dari dusun Kedungmiri yang memang digenangi dan sekarang menjadi areal
kantor PLTA Mrica dan sebagian korban banjir dusun Rambat ke tempat tujuan
transmigrasi di Sumatra.
Dengan
adanya waduk Kedung Ombo, sungai Rambat tidak pernah banjir lagi. Dalam arti
lebar sungai bertambah dibanding lebar aslinya sebelum penggenangan. Bertambah
lebarnya sungai karena areal pemukiman dan persawahan milik rakyar di DAS
aslinya sudah digenangi dengan sistem ganti rugi yang ditetapkan oleh pihak
pelaksana proyek. Sungai itu mengalir ke arah Utara untuk memenuhi kebutuhan
PLTA, irigasi, PDAM Kab. Grobogan sampai sungai Serang, berlanjut ke daerah
Demak, Kudus, Pati, yang tentunya bermuara ke laut Jawa.
Pengembangan perikanan
Di dusun
Rambat pernah dilakukan pengembangan bidang perikanan yang dipelopori oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Grobogan dalam bentuk bantuan
peralatan untuk membuat Karamba model jaring. Dimulai dengan langkah
sosialisasi, pembinaan, bantuan peralatan membuat karamba serta penyediaan
bibit serta pakan ikan selama 1 bulan pertama, Dinas perikanan mengawali
pengembangan perikanan di daerah itu. Benih ikan yang ditebar setiap 6 bulan
(Januari – Juni) adalah : ikan nila, tawes, mujair. Selain itu pemerintah juga melakukan pembinaan
(dilaksanakan oleh PPL bidang
perikanan) selama 4 kali sebelum budidaya. Perkembangan selanjutnya tentang
karamba itu ternyata gagal dan macet. Banyak factor penyebabnya antara lain :
manajemen yang lemah serta terjadi pencurian ikan.
Nelayan di Ngendo dan Guyangan menyatakan
kalau hasil tangkapan ikan sekarang ini makin menurun. Kalau dulu tangkapan
mereka bisa mencapai 1 kuintal per hari per nelayan, kini hanya 7-10 kg per
hari per nelayan. Mereka sulit memperhitungkan penghasilan dari penjualan ikan
karena dapatnya pun tidak menentu. Untuk budidaya karamba lagi, banyak kendala.
Selain soal manajemen, juga kondisi air yang tidak stabil, yaitu kadang surut,
kadang pintu waduk dibuka, air melimpah. Analisis lain memprediksi, saat air
surut suhunya menjadi tinggi dan itu tidak baik bagi kehidupan ikan.
Pemerintah melalui dinas perikanan kab.
Grobogan dan provinsi Jawa Tengah telah memberikan permulaan penggarapan perairan ini dalam bentuk
penebaran benih ikan air tawar. Nelayan Rambat dapat mengambil hasilnya setelah
1 tahun, ketika ikan-ikan sudah cukup besar dan sudah berkembang biak.
Diharapkan masyarakat desa Rambat mendapatkan manfaat dari awal yang baik ini.
Selanjutnya, masyarakat diharapkan dapat mengelola perikanan sungai atau
karamba ini sebaik-baiknya.
Rambat, Juli 2004
Eunike Widhi Wardhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar