Anak kandung dan anak tiri
Suatu hari,
saya bersama suami dan 2 anak kami berkunjung ke rumah orang tua kami
(bapak-ibu mertua saya) yang tinggal di gang. Adipurnan dekat lapangan
Pancasila Salatiga. Singkat cerita, sampai di rumah orang tua, kami berbincang
sejenak dan perhatian saya kemudian tertuju pada acara TV yaitu sebuah film
cerita keluarga yang sangat inspiratif bagi saya. Saya lupa siapa yang memilih
chanel tersebut dan saya tidak tahu judul film itu, tetapi kebetulan saat itu baru mulai dan ceritanya memaksa saya
menontonnya sampai selesai dan membekas di ingatan saya sampai detik ini.
Mungkin teman-teman ada juga yang nonton film itu.
Begini ceritanya :
Ada 2
perempuan bernama Reva dan Yanti, yang sama-sama sudah berkeluarga. Yanti dan
suaminya bekerja sebagai pembantu di rumah Reva & suaminya. Mereka kemudian
sama-sama hamil dan akhirnya melahirkan pada hari yg sama, di Rumah Sakit yang sama dan
bayinya sama-sama perempuan. Kedua ibu dan bayinya sehat.
Yanti
diam-diam menyimpan niat jahat kepada Reva. Dia bosan jadi pembantu dan ingin
kaya dengan jalan pintas. Disuruhnya suaminya menukar bayi mereka dengan bayi majikannya, Reva. Tujuannya adalah
agar anak kandungnya mendapatkan fasilitas, kasih sayang dan penghidupan yang
baik termasuk harta warisan dari keluarga Reva sehingga dirinya kelak akan ikut
menikmatinya juga. Adapun bayi yang dilahirkan Reva akan diasuh oleh Yanti dan
diaku sebagai anak Yanti.
Kedua bayi
yang sudah tertukar itu dibawa pulang oleh ibu masing-masing. Dan benar, bayi
yang dibawa pulang Reva diberi kasih sayang, perhatian dan tentu saja
penghidupan yang sangat baik dari ayah ibunya. Bayi Reva diberi nama Kasih.
Sebaliknya bayi yang dibawa pulang Yanti (diberi nama Desi), tidak pernah
diperhatikan. Digambarkan di film itu: sampai bayi kecil itu menangis entah
karena lapar atau popoknya basah, ibunya tidak menolongnya bahkan sering
membentak dan sering memerintah suaminya agar mengurusi bayi itu dengan
mengatakan “toh bukan anakku, tapi anak Reva”.
Sebagai
pembantu di rumah Reva, Yanti semakin rajin bekerja supaya bisa dekat dengan “anak
kandungnya”. Tentu saja dalam melayani Kasih, Yanti melakukannya dengan sangat
sempurna layaknya seorang ibu kepada anaknya, memanjakannya dan menggendongnya
dengan penuh kasih sayang, karena Yanti merasa itu anak kandungnya. Sedangkan
Desi, sejak bayi tidak mendapatkan haknya sebagai anak: hak mendapat kasih
sayang, hak bermain, hak belajar maupun mendapatkan makanan yg cukup. Waktu
terus berlalu, kedua anak itu tumbuh semakin besar, kira-kira 7 tahun.
Yanti mulai
mengajak Desi ikut bekerja sebagai pembantu di rumah Reva. Desi disuruh
menyapu, mengepel lantai, membersihkan halaman dan pekerjaan-pekerjaan berat
lainnya yang sebenarnya belum layak dilakukan seorang anak kecil, sementara
Yanti bersantai ongkang-ongkang kaki. Reva sering melihat itu dengan sedih dan
entah mengapa Reva merasakan sesuatu yang berbeda. Reva semakin menyayangi
Desi. Yanti tersenyum-senyum dan berkata dalam hati “Rasain lu, Reva. Anak lu
tuh sekarang sudah jadi pembantu di rumah lu sendiri…sementara anak gue jadi
majikan…sebentar lagi gue ikut jadi majikan”.
Demikianlah
Yanti merancang segala kejahatan dan dia bertekad suatu hari nanti akan membuka
rahasia itu di saat segala milik Reva sudah berpindah ke tangannya. Suatu kejutan
yang pasti akan menghancurkan Reva.
Reva tidak
tega melihat Desi sering disuruh bekerja berat oleh ibunya. Reva sering memberi
uang kepada Desi. Tapi Yanti selalu merampas uang itu secara kasar, tanpa
sepengetahuan Reva. Yanti terus saja berlaku kejam pada Desi, selain menyuruh
Desi melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, juga membentak-bentak, memukul,
menjewer dan segala perlakuan kejam lainnya. Tetapi Yanti tetap menyimpan rahasia penukaran anaknya itu
rapat-rapat.
Yanti yang
jahat mulai tidak sabar ingin merebut semua milik Reva. Dia mulai berani
menggoda suami Reva, tujuannya untuk merebutnya dari sisi Reva. Sekali, dua
kali, tiga kali gagal. Namun lama-lama suami Reva tergoda juga. Namun Reva
mengetahuinya. Suami Reva menyadari kekeliruannya, kemudian meminta maaf dan
ingin kembali pada Reva. Yanti yang sudah kalap tidak rela pasangan itu utuh
kembali. Dengan sebilah pisau Yanti mengancam akan membunuh suami Reva, namun
akibat perkelahian itu pisau justru tertancap di perut Yanti sendiri. Beruntung
Yanti tidak mati. Namun perlu donor darah AB negatif. Hanya anak kandungnya
yang dapat menolong nyawanya. Seketika itu, Desi anak yang baik hati berniat
untuk mendonorkan darah untuk Yanti, ibunya. Namun suami Yanti mencegah dan
karena terdesak menyelamatkan nyawa Yanti, mengakulah suami Yanti tentang
rahasia penukaran bayi mereka, bahwa Desi bukan anak kandung mereka. Yang anak
kandung mereka adalah Kasih.
Namun ternyata
Yanti yang hampir berhasil memberi kejutan, justru mendapat kejutan yang
menyakitkan dan disesalinya seumur hidup. Di luar dugaan, hasil pemeriksaan
darah menunjukkan bahwa anak kandung mereka memang benar Desi. Yanti dan
suaminya tidak bisa menerima hasil pemeriksaan itu. “Tidak mungkin, kami sudah
menukarnya, jadi anak bu Reva sebenarnya adalah Desi yang selama ini bersama
kami jadi pembantu” kata Yanti kepada sang Dokter dengan suara lemah karena
kondisinya lemah tetapi masih bisa berbicara. Tetapi sang Dokter meyakinkan
bahwa kedua anak itu sebenarnya tidak tertukar, mereka sudah diasuh oleh ibu
kandungnya yang asli.
Dokter
memanggil seorang perawat yang dulu merawat kedua bayi itu 7 tahun yang lalu saat
mereka lahir. Si perawat bercerita rupanya saat suami Yanti mempertukarkan
identitas bayi itu, si perawat yang melihatnya kemudian mempertukarkan
identitas itu kembali sesuai aslinya. Jadi yang dibawa pulang Yanti 7 tahun
yang lalu sebenarnya memang benar anak kandung Yanti sendiri, bukan anak Reva
seperti yang diharapkannya. Jadi selama 7 tahun, Yanti telah mengejami dan menjahati serta menyiksa anak kandungnya
sendiri.
Setelah
mengetahui semua itu, Yanti menyesal dan menangis ingin memeluk Desi, meminta
maaf pada anak kandungnya yang selama ini dikejaminya. Desi juga menangis. Hatinya
terluka sebagai anak yang dibuang, ditolak dan dihargai sebatas uang, harta dan kekayaan duniawi. Padahal
Desi sangat menyayangi Yanti dan menurut segala perintah ibunya itu. Desi tidak
peduli ibunya berlaku jahat, nalurinya kuat meyakini bahwa dialah ibunya. Dalam
kelemahan tubuhnya Yanti terus menangis menggapai dan memanggil Desi, namun
Desi menjauh dan berlari membuat Yanti semakin didera rasa bersalah yang sangat
berat. Namun tidak ada lagi kesempatan bagi Yanti untuk menebus kesalahannya,
hotel prodeo sudah menantinya untuk berpisah selama 15 tahun dari anak
kandungnya.
Kita sering
memilih sesuatu, menghargai sesuatu terlalu tinggi, mempertaruhkan segala milik
kita untuk memberi perhatian pada sesuatu yang kita anggap itu akan
menguntungkan di masa depan, apakah itu uang, kenyamanan, ataupun keuntungan
dalam bentuk lain yang sebenarnya tidak penting sementara justru membuang sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita. Dan suatu saat nanti kita akan
menyesalinya setelah kehilangan
kesempatan dan tidak bisa mengambilnya kembali. Kehilangan itu tidak bisa
ditukar dengan apapun.
Perjalanan hidup
membentuk karakter kita, menunjukkan kepada orang lain tentang siapa diri kita.
Tetapi semua itu akan hilang kalau kita mengejar sesuatu yang bertolak belakang
dengan kesejatian diri kita. Lama-kelamaan kesejatian itu kita tinggalkan, kita
tergoda dan tergiur serta terobsesi pada milik orang lain. Dan kita
menyesalinya di saat kita tidak dapat lagi mengambil milik kita yang sejati dan
yang ada di tangan kita pun milik orang lain yang terlanjur kita rusakkan
secara permanen.
Salam hangat
Eunike
Brahmantyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar