Menciptakan
hutan tropis baru, mungkinkah?
Oleh
: Eunike Widhi Wardhani
sekelumit tentang
Agroforestri
Pengelolaan
hutan secara partisipatif
Keanekaragaman
hayati untuk kelestarian lingkungan hutan
Hutan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dan itu sangat penting sebagai sumber daya alam hayati untuk pelestarian
spesies tumbuhan dan hewan tertentu agar tetap tumbuh dan berkembang biak
sampai di masa depan. Pelestarian keanekaragaman itu harus menjadi prioritas
utama bukan hanya untuk tujuan keanekaragaman itu saja tetapi juga untuk
memelihara kondisi lingkungan secara umum seperti terkendalinya aliran
permukaan, pencegahan erosi, perlindungan tanah, perbaikan mikroklimat dan
sumber plasma nutfah, serta memperkecil resiko terjadinya kepunahan.
Kebutuhan akan kayu industri maupun tuntutan akan
keseimbangan ekosistem hutan tropis sama-sama memerlukan keberadaan hutan
tropis itu baik mengenai luas maupun kualitasnya sehingga kedua kepentingan itu
dapat berjalan bersama. Produksi kayu yang lestari dan efisien tetap menjadi
tujuan utama pengelolaan hutan, namun demikian jika pembukaan hutan, pemanfaatan
atau penebangan hutan dilakukan dengan cara yang tidak bijaksana justru akan
mengancam keseimbangan ekosistem hutan. Oleh karena itu sumber daya hutan harus dimanfaatkan dan dikelola secara
bijaksana disertai dengan tercapainya kualitas kehidupan hutan yang baik tanpa
penurunan mutu lingkungan.
Produksi
hutan tropis
Kayu dikenal sebagai bahan dan alat dalam berbagai segi
kehidupan manusia. Kayu menjadi suatu bahan yang sulit digantikan oleh bahan
lain karena sifatnya yang luwes dan alami. Hal itu menyebabkan kayu lebih
disukai sebagai bahan perabot, bahan bangunan atau keperluan lain, meskipun
kini ada bahan-bahan lain pengganti
kayu.
Kayu industri dihasilkan dari hutan, baik hutan alam
maupun hutan buatan. Negara-negara berkembang di daerah katulistiwa umumnya
memiliki hutan tropis yang cukup luas, yang menyediakan kayu dalam jumlah besar
dan berpotensi dalam perdagangan kayu dunia. Di Indonesia selama lebih dari
satu abad yang lalu telah memiliki hutan alam jati di pulau Jawa yang
membuktikan tingginya potensi hutan Indonesia khususnya pulau Jawa dalam
menyumbangkan hasil hutan terutama kayu dengan kualitas yang baik.
Meskipun telah diciptakan produk-produk sintetis
pengganti kayu, konsumsi kayu dunia terus meningkat. Negara-negara
maju mengkonsumsi lebih banyak kayu di pasaran dunia. Sedangkan negara-negara
berkembang yang memiliki persediaan kayu lebih banyak konsumsi kayunya jauh
lebih rendah. Di beberapa negara yang sekarang sudah maju, dahulu kayu
merupakan bahan industri yang dominan untuk alat pertanian, kendaraan, mesin
pintal, mesin cetak, industri kapal, peleburan besi, dan lain-lain. Kebutuhan
akan produk industri itu terus meningkat sehingga dibutuhkan lebih banyak persediaan kayu, padahal luas hutan semakin
berkurang (Wardhani, 1995).
Ketidakseimbangan
ekosistem dan kerusakan hutan tropis
Hutan tropis di
bumi ini berada pada 3 wilayah utama yaitu Amerika Selatan, Afrika dan Asia
Tenggara. Karena hujan turun hampir tiap hari dan hawa panas sepanjang tahun,
maka hutan tropis menjadi wilayah yang
lembab. Kelembaban itu menyebabkan penguraian sisa-sisa tumbuhan berlangsung
dengan cepat sehingga kesuburan tanah relatif tinggi. Maka tak heran kalau
hutan tropis ditumbuhi banyak spesies
tumbuhan baik yang dapat menghasilkan makanan tersendiri (memiliki zat hijau
daun) maupun yang tidak memiliki zat hijau daun atau tidak dapat menghasilkan
makanan sendiri. Karena tumbuhan merupakan produsen dalam rantai makanan serta
tumbuhan itu terdapat dalam jumlah besar, maka akhirnya komponen-komponen dalam
rantai makanan yang lain banyak hidup di hutan tropis. Semua itu menyebabkan
hutan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Sifat ketergantungan satu sama lain dari tumbuhan dan
satwa di hutan tropis dan interaksi dengan lingkungannya dapat ditunjukkan
dengan contoh : Banteng membutuhkan rumput sebagai makananannya; rumput dapat
tumbuh dengan baik karena dari pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
mati. Contoh lainnya : berbagai tumbuhan membutuhkan serangga untuk penyerbukan
bunga dalam proses reproduksinya.
Luas hutan tropis semakin berkurang namun manusia tetap
mengharapkan hutan tropis yang masih ada sekarang menjadi penyedia benih yang
paling aman untuk melestarikan keanekaragaman hayati bagi pertumbuhan kembali
di masa depan.
Di dalam ekosistem hutan tropis terjadi
perpindahan energi dari tumbuhan ke makhluk hidup lainnya melalui rantai
makanan. Beberapa rantai makanan membentuk jaring-jaring makanan. Pada setiap
perpindahan energi, energi yang hilang adalah panas. Dari tumbuhan berupa
penguapan, sedangkan dari hewan panas tersebut digunakan sebagai tenaga untuk
bergerak. Demikianlah setiap makhluk hidup di dalam ekosistem hutan tropis
dibatasi kehidupannya oleh makhluk hidup lain sehingga jika ekosistem itu
seimbang tidak akan terjadi peledakan populasi suatu jenis makhluk.
Ketidakseimbangan dalam ekosistem itu
dapat mempengaruhi kehidupan di dalam hutan itu. Apalagi bila sudah mengarah
pada kerusakan, karena ketidakseimbangan itu sendiri sebenarnya sudah menjadi
bagian dari kerusakan. Banyak penyebab kerusakan hutan tropis, satu diantaranya
yang paling besar adalah pembukaan dan penebangan hutan yang tak terkendali.
Kebutuhan manusia akan tempat tinggal dan alat-alat penunjang kehidupan secara
lambat namun pasti telah mendesak keberadaan hutan tropis. Kayu-kayu tropis
dari hutan alam yang berkualitas tinggi semakin berkurang dan lama-lama akan
habis untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu kebakaran hutan juga
merupakan penyebab kerusakan hutan terutama terjadi musim kemarau panjang.
Perburuan liar terhadap satwa-satwa hutan tertentu untuk kepentingan keindahan
atau kepuasan manusia juga termasuk ancaman bagi hutan itu. Dalam hal ini
ancaman yang paling serius adalah penebangan hutan karena akibatnya paling
jelas dirasakan secara global. Beberapa akibat yang timbul secara langsung misalnya kerusakan pohon-pohon kecil
karena tertimpa robohnya pohon-pohon yang ditebang, kerusakan akibat penggunaan
mesin-mesin berat yang memadatkan tanah, kemudian pembuatan jalan-jalan untuk
transportasi hasil hutan yang mengurangi area produksi hutan.
Kerusakan ekosistem hutan akan mempunyai dampak yang
lebih luas lagi, tergantung besarnya kerusakan. Dampak tersebut misalnya
meningkatnya panas global dan perubahan iklim. Kerusakan ekosistem Hutan Tropis
juga dapat menurunkan keanekaragaman hayati (biodiversitas). Padahal
keanekaragaman hayati hayati merupakan sumber plasma nutfah yang sangat penting
dalam peningkatan kesejahteraan melalui usaha budidaya pertanian.
Disamping hal-hal tersebut di
atas ancaman kepunahan juga dapat dialami oleh satwa-satwa tertentu. Ancaman ini
terjadi karena kerusakan atau menyempitnya habitat. Akibat kebisingan dan
pengaruh lain menyebabkan satwa bermigrasi ke lain daerah atau mati. Migrasi
bagi hewan-hewan tertentu juga merupakan ancaman tersendiri, terutama kalau
tidak memperoleh habitat yang cocok.
Pembangunan hutan buatan
Pembangunan hutan buatan merupakan salah
satu jawaban dari masalah di atas. Pengelolaan hutan buatan diharapkan akan
memberi kesempatan pada hutan alam untuk tumbuh kembali. Selain itu untuk
memanfaatkan alih teknologi dalam industri kayu, maka sebaiknya kayu industri
tidak dijual dalam bentuk kayu gelondongan. Karena proses produksinya yang cepat mendorong banyaknya
volume penebangan, serta tidak memiliki nilai tambah padahal setelah kayu itu
menjadi barang jadi, harganya jauh lebih tinggi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah menggalakkan atau
memasyarakatkan konsep konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Konsep ini di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan tentang pendayagunaan sumber daya alam hayati
baik tumbuhan maupun hewan dan sumber daya alam non hayati yang membentuk
ekosistem dengan tetap memelihara kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Salatiga,
Mei 2009
Eunike
Widhi Wardhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar