Setengah perjalanan sudah saya lalui dalam pelatihan
kepemimpinan perdesaan di ARI. Banyak pembelajaran saya dapatkan, di kelas, di
kebun, di diskusi formal maupun dari obrolan serius dan non serius dengan semua
teman dari berbagai Negara. Tidak terhitung jumlahnya, tidak terbatas dan masih
berlangsung setengah masa lagi.
Untuk teman-teman
Trukajaya, tempat saya “lahir, tumbuh dan besar” bersama dalam suka dan
duka, saya ingin berbagi setidaknya ada
3 hal mendasar refleksi pribadi saya selama di ARI:
1.
Keunikan kurikulum pembelajaran di ARI
adalah sangat multi dimensi dan mengandung pesan mendidik yang sangat cocok
dengan keseharian kita sebagai NGO, pendamping masyarakat desa, juga sebagai
orang tua dalam mendidik anak-anak, sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam pluralitas,
sebagai gereja dalam masyarakat, sebagai manusia yang punya tanggung jawab
mengasihi alam ini.
2.
Sebagaimanapun hebat dan indahnya kehidupan
berinteraksi dengan alam di lingkungan ARI, semuanya berada dalam konteks
laboratorium. Kita tidak mungkin bisa menerapkan persis semua cara hidup dan
cara kelola di ARI secara mentah-mentah di komunitas kita. Kita menangkap
konsep dasarnya tetapi follow up dan pengembangannya menjadi tantangan untuk
kita kerjakan berdasarkan kondisi dan karakterisktik masyarakat dampingan kita.
3.
Khusus dalam konteks kita sebagai gereja,
saya mendapatkan banyak inspirasi yang bisa memacu semangat GKJ untuk
meneruskan langkah ber-PO gereja dan mengembangkannya secara lebih luas dalam
rangka peran gereja pada masyarakat dan alam.
Kemudian, saya ingin menginformasikan beberapa hal terbaru
berikut ini untuk kemudian meminta respon.
Kurikulum ARI terbagi dalam 2 semester. Pada semester ini,
saya masih tergabung dalam FISH SECTION yang di dalamnya mengelola kebun
sayuran, buah dan sawah padi. Untuk ternak kami mengelola kolam ikan, ternak bebek
dan kambing, sebagaimana saya sampaikan di laporan saya yang lalu, jadi kami
mengelola tanaman dan ternak itu secara terintegrasi (integrated farming). Saya
senang belajar tentang itu mengingat komunitas dampingan kita memungkinkan untuk
itu. Dan kebetulan 3 minggu kemarin, saya sudah menyelesaikan peran saya
sebagai leader di grup 1 (fish section) dan sekarang beralih ke Rudi (yang dari
Yogya, kebetulan satu kelompok).
Semester pertama ini diakhiri dengan program summer individual project selama 5 hari,
di situ partisipan diberi kebebasan untuk memilih ingin memperdalam ilmu tambahan yang ditawarkan. Namun terbuka untuk ide baru dari minat pribadi di luar pilihan yang
ditawarkan. Aktivitasnya berupa training/ praktek, magang di pemilik kebun
organic di luar ARI, studi literature ataupun aktivitas lain yang dapat
dilakukan secara mandiri untuk menambah analisis mendalam dari setiap
partisipan selama satu semester belajar di ARI yang pada akhir bulan ini, partisipan
harus mempresentasikan hasil kegiatan dan membuat laporan hasil kegiatan
tersebut.
Pada summer individual project ini saya memilih pendalaman sejarah gereja dan ARI dengan topic peran gereja Nishinasuno dalam community
development melalui kerjasama dengan ARI. Di situ saya mempelajari bagaimana
peran gereja (bagaimana para tokoh pendiri gereja bertemu dan seia-sekata
dengan pendiri ARI untuk melakukan kerja sama yang berkesinambungan hingga saat
ini dalam community development melalui program training ini, bagaimana gereja
Nishinasuno mendorong jemaatnya untuk memahami, bagaimana teologi pemberdayaan
dikembangkan di gereja Nishinasuno). Sejak awal saya tertarik tentang
pengorganisasian. Saya akan melakukan wawancara dengan para pendiri gereja
Nishinasuno yang usianya sudah di atas 70 tahun, mumpung mereka masih memungkinkan untuk digali informasinya.
Adapun untuk semester berikutnya kami akan ditawari lagi
apakah akan pindah ke section lain (pig atau chicken) atau tetap tinggal di
grup 1 yaitu Fish.
Secara pribadi saya masih senang belajar di fish section
walaupun grup 1/ fish section memiliki total lahan yang terluas dan tempatnya
terpisah-pisah dibanding section lain yang hanya satu tempat dan lebih sempit.
Untuk hal ini, saya meminta tanggapan apakah saya harus pindah ke bagian pig
atau chicken. Atau tetap di fish?
Maksud saya, tanggapan itu bisa berdasarkan prediksi masa
depan Trukajaya, sekitar 5 tahun ke depan. Karena renstra kita berakhir 2016, saya
masih bisa mengikuti perkembangan kondisi Trukajaya dari laporan program di
Kadang Truka, tetapi untuk prediksi ke depan saya butuh informasi dari
teman-teman. Kalau saya pindah di bagian pig, kira-kira apa yang bisa saya
pelajari untuk follow up ke depan, contohnya pengembangan ternak babi. Begitu
juga kalau saya pindah di chicken, saya juga akan belajar kalau bisa berdasarkan/
bisa menjawab kebutuhan masyarakat dampingan kita di masa depan. Atau kalau
saya tetap di fish dengan integrated
farming-nya, apakah kita/ Trukajaya ke depan kira-kira akan mengembangkan
itu?
Demikian kabar terbaru dari saya.
Salam kangen
Eunike
Ditulis pada September 2014, tetapi tidak cukup mendapat tanggapan yang memadai dari Salatiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar