Kekayaan aneka ragam hayati pertanian mendukung otoritas petani untuk
kedaulatan pangan nasional
Pengantar
Manusia
merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dibanding makhluk hidup lain dalam
menjaga alam sekaligus merusaknya. Kemajuan teknologi di bidang pertanian
merupakan pedang bermata dua bagi kelestarian alam dan pemenuhan kebutuhan
hidup paling mendasar. Selama manusia masih
mengkonsumsi hasil pertanian, nampaknya pertanian masih akan menjadi tumpuan
harapan pangan seluruh umat manusia di muka planet bumi.
Keanekaragama
hayati menjadi tulang punggung kehidupan. Sebaran keanekaragaman hayati tidak
merata, ada daerah-daerah yang kaya keanekaragaman hayatinya, tetapi ada yang
hanya sedikit/ miskin. Tetapi telah disadari kini keanekaragaman hayati itu menyusut
keberadaannya. Perlu upaya bersama melestarikan keanekaragaman hayati sebelum
terlambat.
Indonesia
memiliki potensi keanekaragaman hayati untuk bahan pangan, sandang, papan, energi
maupun obat-obatan. Berkaitan dengan kedaulatan pangan, keanekaragaman hayati
pertanian pangan harus diketahui dan dipahami agar manusia dapat mengelolanya
secara bijak untuk mencukupi kebutuhan pangan. Pemahaman yang utuh tentang
keanekaragaman hayati dan kedaulatan pangan juga harus dimiliki oleh komunitas
produsen (petani) maupun konsumen (semua masyarakat) sehingga semua pihak
mendukung terwujudnya satu tujuan bersama, yaitu kedaulatan pangan, bukan mencari kedaulatan
diri sendiri atau kelompoknya demi keuntungan sebesar-besarnya dengan
mengorbankan pihak yang lemah.
Sehingga
issu pangan seakan tak pernah selesai untuk didiskusikan dan selalu menuntut
pemikiran kretif terhadap kompleksitas di dalamnya. Kompleksitas terkini adalah
ibarat mesin katrol paralel, persoalan pangan yang bersinggungan langsung dengan
persoalan air, energy dan kesehatan membuat perputarannya kian mudah menuju
pada krisis bila tak disikapi secara bijak. Persoalan-persoalan itu tak lepas
pula dari perubahan iklim yang gejalanya semakin jelas dirasakan oleh penduduk
bumi saat ini. Kalangan akademisi, pemerintah, pegiat dan pelaku program
pertanian-pangan perlu memahami secara utuh keanekaragaman hayati terutama
sebagai penopang pangan, meskipun itu
tak juga dilepaskan dari kepentingan non pangan.
Keanekaragaman hayati dan kedaulatan pangan
Beberapa
dekade kita telah terhegemoni oleh bahan pangan beras dan mengesampingkan bahan
pangan non beras. Berbagai kepentingan politik bermain di balik semua itu. Petani sebagai pemilik perusahaan pertanian tidak
memiliki otoritas menentukan jenis tanamannya. Koleksi benih mereka tanpa
disadari lama-kelamaan hilang musnah diganti dengan ”penyeragaman” menggunakan benih-benih
padi introduksi dari luar negeri.
Globalisasi
di bidang pertanian, mendudukkan petani hanya sebagai robot produsen pangan
yang dikuasai oleh pemilik modal dengan tingginya input racun kimia pabrik
pupuk dan pestisida di bawah monopoli perusahaan antar negara. Itu mematikan
kearifan lokal pertanian baik dari benih, pupuk maupun pestisida alami yang
biasa digunakan petani dahulu kala. Keanekaragaman hayati terabaikan, petani
tetap miskin dan kedaulatan pangan hancur.
Ironi
besar bahwa Indonesia telah kehilangan lebih dari 8.000 varietas padi lokal
yang justru saat ini disimpan di IRRI atas kepemilikan negara lain.
Nama-namanya pun nama lokal Jawa. Untuk menggunakannya kita harus membeli,
membayar royalti kepada negara pemiliknya sekarang. Itu sedikit gambaran
potensi sekaligus kelemahan kita mengelola keanekaragaman hayati.
Di
suatu sisi desakan jumlah penduduk menyebabkan lemahnya perlindungan terhadap
lahan-lahan pertanian agar tak dialihfungsikan untuk kepentingan lain,. Ketergantungan
terhadap pangan impor (gandum sayuran dan buah) yang telah merambah hingga ke
desa-desa menjadi salah satu keprihatinan, sehingga konteks keanekaragaman hayati
Indonesia yang begitu kaya dan belum banyak disadari oleh masyarakat luas, perlu
diperjuangkan dan dilestarikan dengan menggali keanekaragaman budaya lokal. Petani
sebagai ujung tombak pemenuhan pangan dimotivasi untuk menggunakan kembali otoritasnya
terhadap sumber daya lokal bermutu yang dapat diupayakan oleh petani sendiri, memperhatikan
kesuburan tanah, mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna yang bersumber
pada potensi lokal dan pengaturan pola tanam untuk memutus siklus hama dan
penyakit.
Hal
inilah yang perlu didukung semua pihak untuk membangun kepedulian dan membuat
rencana-rencana nyata dalam bidang pertanian yang diharapkan dapat mencapai
kedaulatan pangan. Mimpi kedaulatan pangan seharusnya menjadi mimpi bersama
yang benar-benar mampu menggerakkan langkah nyata mencapai kedaulatan pangan
itu, bukan hanya wacana-wacana normatif yang belum banyak terlaksana.
Kiranya
hal ini dapat menginspirasi pembaca untuk memunculkan banyak ide pengembangan.
Dengan membangun proses pemahaman tentang keanekaragaman hayati serta upaya
nyata memperjuangkan dan melestarikannya, maka kedaulatan pangan akan terwujud.
Salatiga, 20 Juni 2011
Eunike Widhi Wardhani
Trukajaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar