Ingatlah
selalu sejarah kita untuk melanjutkan masa depan kita
(Pesan untuk Gereja Tonan Lutheran, Tokyo, Jepang, 9 November 2014
oleh Eunike Widhi Wardhani, Indonesia)
“Karena itu, segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga kamu lakukan kepada mereka karena inilah isi Hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7: 12).
Informasi umum tentang Indonesia dan Jawa
Indonesia memiliki 17.000 pulau besar dan kecil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan terdiri dari 34 provinsi. Sangat kaya akan keragaman budaya, etnis dan bahasa, hampir 90% penduduk Indonesia adalah Muslim dan 10% adalah non-Muslim. Orang-orang Kristen Protestan yang 6,96%, Katolik 2,9%, sedangkan sisanya adalah Hindu, Budha, Konghucu dan agama-agama lain.
Pulau Jawa adalah pulau terbesar ke-5 di Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan, ekonomi dan industri serta memiliki penduduk terpadat di Indonesia. Di Jawa ada 6 provinsi, salah satunya adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang juga merupakan ibukota negara Indonesia. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di pulau Jawa, di mana Yayasan Kristen Trukajaya, lembaga pengirim (Eunike ini) saya sebagai peserta ke Asian Rural Institute pada tahun 2014.
Profil singkat dari Trukajaya
Trukajaya Christian Foundation didirikan tahun 1966 oleh Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa, anggota dari WCC (World Council of Churches). Visinya adalah untuk memberdayakan masyarakat sebagai refleksi kasih kepada sesama. Kami melakukan ini dengan menciptakan pelayanan yang berkelanjutan untuk pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan dengan gereja-gereja untuk membantu masyarakat mencapai kedaulatan pangan serta membantu mengembangkan program-program diakonia sosial berdasarkan potensi masyarakat.
(Pesan untuk Gereja Tonan Lutheran, Tokyo, Jepang, 9 November 2014
oleh Eunike Widhi Wardhani, Indonesia)
“Karena itu, segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga kamu lakukan kepada mereka karena inilah isi Hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 7: 12).
Informasi umum tentang Indonesia dan Jawa
Indonesia memiliki 17.000 pulau besar dan kecil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan terdiri dari 34 provinsi. Sangat kaya akan keragaman budaya, etnis dan bahasa, hampir 90% penduduk Indonesia adalah Muslim dan 10% adalah non-Muslim. Orang-orang Kristen Protestan yang 6,96%, Katolik 2,9%, sedangkan sisanya adalah Hindu, Budha, Konghucu dan agama-agama lain.
Pulau Jawa adalah pulau terbesar ke-5 di Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan, ekonomi dan industri serta memiliki penduduk terpadat di Indonesia. Di Jawa ada 6 provinsi, salah satunya adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang juga merupakan ibukota negara Indonesia. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di pulau Jawa, di mana Yayasan Kristen Trukajaya, lembaga pengirim (Eunike ini) saya sebagai peserta ke Asian Rural Institute pada tahun 2014.
Profil singkat dari Trukajaya
Trukajaya Christian Foundation didirikan tahun 1966 oleh Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa, anggota dari WCC (World Council of Churches). Visinya adalah untuk memberdayakan masyarakat sebagai refleksi kasih kepada sesama. Kami melakukan ini dengan menciptakan pelayanan yang berkelanjutan untuk pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan dengan gereja-gereja untuk membantu masyarakat mencapai kedaulatan pangan serta membantu mengembangkan program-program diakonia sosial berdasarkan potensi masyarakat.
Ini dapat membangun kemandirian
yang juga akan membantu untuk mewujudkan
keadilan bagi orang miskin. Masyarakat miskin itu termasuk
perempuan, pemuda, dan petani di daerah pedesaan. Mereka akan mendapatkan keadilan melalui produksi dan mengelola pangan mereka.
Kami juga bekerja untuk membangun ekosistem, lahan terpadu, hutan, dan daerah-daerah kritis lain untuk membuat tanah menjadi produktif, ini juga melalui pengembangan teknologi ramah lingkungan dan metode-metode pertanian. Kami berharap dalam jangka panjang ini akan mengembangkan sistem keadilan sosial dalam pengelolaan makanan, dalam kondisi normal atau sebagai pencegahan bencana lokal dan pengembangan unit kewirausahaan sosial.
Sekarang ada 15 staf di lembaga saya : 5 pekerja lapang, 4 tim manajemen dan 6 lainnya adalah staf kantor di Trukajaya. Saat ini saya adalah satu dari staf lapang.
Peran saya di lembaga dan
komunitas
Tiga belas tahun yang
lalu saya bergabung lembaga ini. Dari 2001- 2009 saya pekerja lapang di
beberapa desa. Tanggung jawab utama saya mendampingi beberapa desa pada program-program hibah serta tindak
lanjutnya.
Selama 3 tahun saya tinggal (live in) di sebuah
desa yang memiliki sejarah konflik lahan yang diambil alih oleh pemerintah untuk kepentingan proyek pembangunan bendungan besar sebagai sumber pasokan
listrik. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya belajar tentang
perjuangan petani dan keluarga mereka yang tinggal di lahan bekas milik mereka, tapi sekarang statusnya menjadi lahan genangan
(Dalam arti sederhana : mereka masih dapat menggarap sawah itu tetapi jika sewaktu-waktu pintu air outlet bendungan dibuka oleh manajemen proyek, kemudian air menggenangi sawah, mereka tidak memiliki hak untuk protes, karena mereka bukan pemilik lagi, pemiliknya adalah manajemen proyek). Mereka adalah orang-orang yang terpinggirkan.
Saya berada di sana atas nama Trukajaya sebagai pendamping desa pada berbagai program: penyediaan sarana air, sanitasi rumah, pertanian dan kredit untuk pengembangan usaha kecil. Saya memulainya dengan membangun komunikasi dengan pemerintah desa dan beberapa tokoh masyarakat, baik dalam pertemuan formal dan diskusi informal kemudian saya melanjutkan ke tahap pembentukan kelompok, perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan monitoring.
Kemudian dari Mei - Agustus 2008 Trukajaya memberi saya tugas khusus untuk membantu menginisiasi program pertanian organik di Yayasan Titian Budi Luhur (Y-TBL) Sulawesi. Sekembalinya saya dari TBL sayadiminta oleh Pengurus Yayasan untuk menjadi Manajer Program dan Pelatihan Trukajaya 2009-2011. Saya mengelola program, kegiatan di lapang dan juga memfasilitasi kerja sama program antara Trukajaya dan mitra-mitra.
Dari 2011 sampai sekarang saya kembali menjadi staf lapang. Kali ini konsen saya di Program Ketahanan Pangan. Tanggung jawab utama saya adalah mengelola Program Ketahanan Pangan di Trukajaya, di mana saya bekerja di desa-desa dengan kelompok tani, kelompok perempuan dan kelompok pemuda. Saya harus terus mendorong masyarakat pedesaan untuk menemukan potensi mereka untuk mengembangkan desa mereka untuk menjadi lebih baik seraya tetap menghormati alam.
(Dalam arti sederhana : mereka masih dapat menggarap sawah itu tetapi jika sewaktu-waktu pintu air outlet bendungan dibuka oleh manajemen proyek, kemudian air menggenangi sawah, mereka tidak memiliki hak untuk protes, karena mereka bukan pemilik lagi, pemiliknya adalah manajemen proyek). Mereka adalah orang-orang yang terpinggirkan.
Saya berada di sana atas nama Trukajaya sebagai pendamping desa pada berbagai program: penyediaan sarana air, sanitasi rumah, pertanian dan kredit untuk pengembangan usaha kecil. Saya memulainya dengan membangun komunikasi dengan pemerintah desa dan beberapa tokoh masyarakat, baik dalam pertemuan formal dan diskusi informal kemudian saya melanjutkan ke tahap pembentukan kelompok, perencanaan kegiatan, pelaksanaan dan monitoring.
Kemudian dari Mei - Agustus 2008 Trukajaya memberi saya tugas khusus untuk membantu menginisiasi program pertanian organik di Yayasan Titian Budi Luhur (Y-TBL) Sulawesi. Sekembalinya saya dari TBL sayadiminta oleh Pengurus Yayasan untuk menjadi Manajer Program dan Pelatihan Trukajaya 2009-2011. Saya mengelola program, kegiatan di lapang dan juga memfasilitasi kerja sama program antara Trukajaya dan mitra-mitra.
Dari 2011 sampai sekarang saya kembali menjadi staf lapang. Kali ini konsen saya di Program Ketahanan Pangan. Tanggung jawab utama saya adalah mengelola Program Ketahanan Pangan di Trukajaya, di mana saya bekerja di desa-desa dengan kelompok tani, kelompok perempuan dan kelompok pemuda. Saya harus terus mendorong masyarakat pedesaan untuk menemukan potensi mereka untuk mengembangkan desa mereka untuk menjadi lebih baik seraya tetap menghormati alam.
Bagaimana saya akan menggunakan pembelajaran dari ARI di komunitas
Kegiatan Harian di ARI (terlampir) merupakan pelajaran penting bagi saya tentang kepemimpinan yang melayani, manajemen waktu dan membangun kerja sama tim dalam mengelola tanaman dan ternak. Mata pelajaran lainnya mulai dari bahasa Jepang, teori dan praktek pertanian berkelanjutan, hingga menonton dan mendiskusikan film tentang sejarah tokoh pemimpin di dunia: Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Mother Teresa dan Martin Luther King Junior, semua pelajaran itu meninggalkan pesan yang kuat untuk saya bawa pulang ke komunitas saya di Indonesia.
Di samping menerima pengetahuan dari dosen / guru, kami juga diberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan yang telah kami bawa dari negara asal kami masing-masing. Jadi bagi saya, datang sebagai program officer ketahanan pangan, saya share dan praktek membuat tempe (makanan tradisional dari Indonesia, terbuat dari kedelai dan ragi).
Kegiatan Harian di ARI (terlampir) merupakan pelajaran penting bagi saya tentang kepemimpinan yang melayani, manajemen waktu dan membangun kerja sama tim dalam mengelola tanaman dan ternak. Mata pelajaran lainnya mulai dari bahasa Jepang, teori dan praktek pertanian berkelanjutan, hingga menonton dan mendiskusikan film tentang sejarah tokoh pemimpin di dunia: Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Mother Teresa dan Martin Luther King Junior, semua pelajaran itu meninggalkan pesan yang kuat untuk saya bawa pulang ke komunitas saya di Indonesia.
Di samping menerima pengetahuan dari dosen / guru, kami juga diberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan yang telah kami bawa dari negara asal kami masing-masing. Jadi bagi saya, datang sebagai program officer ketahanan pangan, saya share dan praktek membuat tempe (makanan tradisional dari Indonesia, terbuat dari kedelai dan ragi).
Dalam
diskusi selama proses aplikasi sebelum saya datang ke ARI, saya punya
pertanyaan besar: mengapa orang-orang di daerah pedesaan, khususnya petani di
negara saya tetap miskin meskipun pemerintah telah bekerja untuk pembangunan
daerah pedesaan? Saya mencari jawaban dari keseluruhan aktivitas di ARI.
Selama pelatihan ini 5 bulan terakhir, saya mendapatkan begitu banyak pembelajaran melalui pengalaman rekan-rekan dari berbagai negara di Asia dan Afrika, serta guru dari Jepang dan negara-negara lain yang sengaja dihadirkan oleh ARI untuk berbagi pengalaman dalam tema pengembangan masyarakat pedesaan.
Selama pelatihan ini 5 bulan terakhir, saya mendapatkan begitu banyak pembelajaran melalui pengalaman rekan-rekan dari berbagai negara di Asia dan Afrika, serta guru dari Jepang dan negara-negara lain yang sengaja dihadirkan oleh ARI untuk berbagi pengalaman dalam tema pengembangan masyarakat pedesaan.
Ketika saya pulang, saya berharap untuk berbagi pengalaman pelatihan dengan cara sebagai berikut:
1. Dari laporan yang saya kirimkan ke lembaga saya, saya akan mengorganisasikannya ke dalam kelompok-kelompok modul/ materi (bahan belajar) terdiri dari: kepemimpinan, pengembangan masyarakat, strategi pembangunan perdesaan, filosofi gerakan dan teknik pertanian, pendidikan alternatif, lingkungan hidup dan budaya, kesetaraan gender dan kedaulatan.
2. Saya akan membuat jadwal untuk berbagi dan diskusi tentang modul-modul dengan komunitas saya di Indonesia
3. Tentu saja, situasi dan konteks pertanian di Jepang berbeda dengan apa yang dapat kami praktekkan di Indonesia, untuk itu saya akan menguatkan komunitas saya untuk menemukan aplikasi alternatif yang sesuai untuk kondisi dan sifat masyarakat Indonesia.
Saya
berharap semangat berbagi dan ide-ide baru kemudian akan datang dari
masyarakat, sehingga mereka dapat mengidentifikasi masalah. Mereka masih tetap
sebagai pahlawan ketahanan pangan negara kami dan dengan meningkatkan
produktivitas lahan dan
kehidupan kerja mereka akan menjadi lebih baik dan kami bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan mengapa
petani tetap miskin.
Melakukan yang terbaik
Servant
Leadership/ kepemimpinan yang melayani adalah dasar dari kepemimpinan Kristen yang telah
diajarkan oleh Yesus Kristus. Selain itu, banyak tokoh Servant Leadership dalam
Perjanjian Lama seperti Musa, Raja Daud, Raja Salomo, Ezra, Nehemia dan banyak
lagi yang kemudian menjadi panutan kami dalam memimpin komunitas atau organisasi termasuk
gereja milik Allah.
Sebagai manusia biasa, pemimpin bukanlah orang yang sempurna karena tidak ada yang sempurna selain Dia. Tapi mereka melakukan gerakan yang penting dan dikenang sepanjang masa sebagai pemimpin berkarakter melayani. Sejak awal berdirinya gereja, Yesus Kristus mempersiapkan pemimpin berikutnya dari generasi ke generasi. Dengan penyertaan Tuhan dan roh kudus, gereja terus tumbuh dan tidak pernah lekang oleh oleh usia. Hal itu sudah dinyatakan dalam Kolose 1: 25: Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu.
Sebagai manusia biasa, pemimpin bukanlah orang yang sempurna karena tidak ada yang sempurna selain Dia. Tapi mereka melakukan gerakan yang penting dan dikenang sepanjang masa sebagai pemimpin berkarakter melayani. Sejak awal berdirinya gereja, Yesus Kristus mempersiapkan pemimpin berikutnya dari generasi ke generasi. Dengan penyertaan Tuhan dan roh kudus, gereja terus tumbuh dan tidak pernah lekang oleh oleh usia. Hal itu sudah dinyatakan dalam Kolose 1: 25: Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu.
Kehadiran ARI juga merupakan bagian dari sejarah kekristenan di Jepang. Cerita kepemimpinan Pdt. Toyohiko Kagawa yang hidupnya dan jiwanya menjadi panutan dan terkenal sampai di Indonesia diteruskan oleh para pemimpin gereja di Jepang. Di kota Nishinasuno, pendirian ARI pada tahun 1973 dipimpin oleh Gereja Nishinasuno dirintis oleh Tajima sejak 1891 kemudian diteruskan oleh Pdt.Haruo Fukumoto dengan Dr. Toshihiro Takami. Melewati periode yang berbeda dan masanya, tetapi mereka semua memegang visi yang sama untuk dunia lebih terang. Sampai saat ini ARI memiliki 1.272 lulusan di 55 negara. Sekolah ini unik, hanya satu-satunya di dunia dan tiada bandingnya. Saya bersyukur menjadi bagian dari pelatihan 9 bulan ini. Saya datang ke Jepang atas nama lembaga saya dan masyarakat pedesaan di Indonesia sebagaimana teman-teman lain dari Asia, Afrika dan Amerika Latin. Saya ingin belajar di ARI tentang bagaimana petani bisa bangkit dari kemiskinan.
Cara terbaik yang mungkin adalah memberikan dan melakukan yang terbaik untuk komunitas di mana kita bekerja bersama mereka. Mereka berhak mendapatkan kualitas terbaik dari pelayanan kita, bukan kualitas nomor 2, nomor 3 atau lebih. Tetapi hanya nomor satu atau kualitas terbaik. Itulah sebabnya saya di sini sekarang sebagai peserta pelatihan di ARI, untuk lebih lagi belajar tentang kepemimpinan yang melayani untuk komunitas di kampung halaman/ negara saya.
Salam Hormat,
Eunike Widhi Wardhani/
Indonesia
Lulusan ARI 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar