sebuah pembelajaran iman Kristen dari para pejuang
Dalam permainan anak-anak
kecil, contohnya jilumpetan
(sembunyi-sembunyian), pupuk bawang yang ketahuan,
tidak disuruh untuk jaga, dan pupuk bawang tidak bisa mati. Pupuk bawang
hanyalah tahapan sementara seorang anak kecil dalam belajar suatu permainan. Pupuk
bawang tidak bisa dikenai sanksi, tidak bisa mati tetapi juga tidak dapat mengatur permainan. Pada
perkembangannya seorang anak akan memotivasi diri untuk dapat bermain sampai
pada tahap tidak lagi menjadi pupuk bawang. Mereka akan menantang dirinya untuk menerima sanksi/ konsekuensi dalam
permainan. Konsekuensi dan sanksi bukanlah petaka menakutkan lagi, tetapi
bagian dari tanggung jawab dan komplitnya merasakan dan memahami seluruh proses
bermain. Dia akan protes jika “diturunkan” levelnya kembali menjadi pupuk
bawang.
Beberapa contoh berikut yang saya ambil dari Alkitab. Daud adalah Maharaja yang
dicatat dalam sejarah perkembangan bangsa Israel akan segala prestasi dan kehebatannya
membawa kejayaan Israel. Daud pernah melakukan kesalahan, kemudian dia
menyesali, mengakuinya dan mohon ampun kepada Tuhan. Tetapi bagi Tuhan
pengampunan bukan berarti boleh bebas dari sanksi. Tuhan mengampuni Daud tetapi
dengan penuh penyesalan, pertobatan dan tanggung jawab atas dosa-dosanya Daud
menerima sanksi dari Tuhan dengan ikhlas. Daud bukan pupuk bawang.
Musa adalah seorang pemimpin
besar dengan tugas berat memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.
Musa harus mendidik dan memperbaiki mental
bangsa Israel, umat pilihan Allah tetapi sekaligus sering melakukan pelanggaran
itu, untuk menjadi bangsa yang bermental independen
dan taat kepadaTuhan. Kalau dihitung sudah berapa banyak effort Musa untuk tugas berat itu. Tetapi sekali saja Musa
terpancing kemarahan dan itu mendukakanTuhan, dia harus kena sanksi tidak boleh
ikut masuk ke tanah perjanjian. Padahal tanah itulah visi utama perjuangan Musa
dan bangsa Israel dalam perjalanannya selama 40 tahun. Meskipun kena sanksi
Musa tetap setia kepada Tuhan. Musa bukan pupuk bawang.
Sebagai orang Kristen, kita
tahu bahwa setiap orang memikul salibnya sendiri. Paulus memohon agar Tuhan
menyingkirkan ”duri dalam daging” (penyakit) yang ada di tubuhnya. Semua orang
tahu Yesus adalah tabib penyembuh atas banyak orang yang sakit, bahkan orang
mati bisa dihidupkannya jika Dia berkenan. Paulus seorang beriman, salah satu “orang
terdekat”nya Tuhan. Tetapi Tuhan memutuskan untuk tidak mengabulkan permohonan
itu. Paulus tidak “mutung” lalu menghentikan pelayanannya. Meski penyakitnya
itu sangat mengganggu, Paulus tetap memberitakan kasih Tuhan di setiap tempat
yang dikunjunginya. Paulus memberi warna tegas dalam sejarah penginjilan kepada kaum non Yahudi. Iman dan kesetiannya sungguh berkualitas juara.
Karena Paulus bukan pupuk bawang.
Pupuk bawang belum mengerti fairness dalam pertarungan. Celakanya jika seseorang sudah dewasa masih berkarakter
pupuk bawang dan memiliki kekuasaan mengatur permainan. Contohnya di dalam
pekerjaan ia menuntut hak-hak istimewa untuk mendapatkan berbagai fasilitas
lebih dari yang lain, sering menyalahgunakan jabatannya dan minta dibebaskan
dari sanksi ketika melakukan kesalahan. Meskipun orang pupuk bawang ini terlihat
hebat dalam pergaulan sosial tetapi sesungguhnya menjadi beban kawan-kawannya. Dia
memanfaatkan kekuasaannya untuk menikmati hasil jerih payah kawan-kawan yang bekerja
di bawah sinar matahari dan hujan, untuk hal-hal bersifat pribadi. Bagi si pupuk
bawang prosedur hanya berlaku untuk kawan-kawannya, bukan untuk dirinya. Ketika
terjadi kekeliruan orang lain, secepat kilat sanksi dijatuhkan, namun bila
terjadi pada si pupuk bawang, konsekuensi dan sanksi menjadi tidak berlaku.
Pokoknya pupuk bawang selalu “menangan” dan kebal sanksi.
Pupuk bawang dalam permainan
saat kita kecil dulu, adalah hal biasa. Tetapi akan sangat mengganggu jika
karakter pupuk bawang itu dikembangkan oleh seorang leader/ pemimpin dalam kehidupan nyata (bukan dolanan), baik leader formal maupun informal, atau
minimal leader dalam keluarga.
Kepemimpinan terlalu sia-sia jika sang pemimpin melewatkan amanah itu dengan
metode jadi pupuk bawang.
Orang Kristen dididik oleh Alkitab dan pelajaran hidup untuk menjadi pejuang sejati seperti contohnya
Daud, Musa dan Paulus. Itulah sebabnya Yesus pun datang berikutnya mempertegas
contoh leadership dengan karakter pejuang
sejati, bukan pupuk bawang. Seorang pemimpin sebenarnya beruntung punya
kesempatan emas untuk membangun kapasitas dirinya menjadi pejuang sejati
seperti Musa, Daud, Paulus dan Yesus.
Hanya belajar dan berlatih terus maka kita
dimampukan untuk menjadi pejuang sejati. Karena hidup ini sungguh serius, bukan
sebuah permainan yang di dalamnya ada pupuk bawang, karena di mata Tuhan tidak
ada pupuk bawang.
Eunike
Tidak ada komentar:
Posting Komentar