Organic Farming Movement in Community Development
Yakinkan bahwa kita adalah manusia kreatif yang tiada henti belajar, berkarya dan mencipta.
Senin, 28 Februari 2022
TROPICAL BIODYNAMIC AGRICULTURE
Minggu, 11 Juli 2021
Restu
RESTU ITU DOA
Pernikahan yang baik adalah keputusan antara 2 orang laki laki dan perempuan yang saling mencintai.
Kita dididik dalam budaya menghormati orang tua.
Orang tua adalah wujud kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Terutama ibu yang telah melahirkan dengan taruhan nyawanya demi kehidupan kita sampai dewasa.
Pernikahan yang baik akan menjadi lebih terberkati ketika ada restu orang tua, terutama ibu.
Yang saya maksud di sini adalah restu dari hati yang tulus.
Karena bisa terjadi dua orang yang memutuskan akan menikah, memberitahu orang tuanya dan sekilas nampak lancar saja...tetapi ada gesture tak restu dari sang ibu, yang itu diabaikan saja. Diabaikan karena belum semengerti belasan tahun kemudian.
Alhasil berlangsunglah pernikahan itu diawali dengan banyak konflik, reda, konflik lagi, reda lagi, serta berbagai dinamika yang selalu berhubungan dengan tak restunya sang ibu tetapi tanpa kejelasan apa alasannya.
Cinta menjadi kehilangan arah, tak mengerti karena semuanya serba dianggap salah, bahkan keberadaannya tak pernah diperhitungkan, meskipun jadi tulang punggung keluarga.
Ibu, ibu dan ibu menjadi segalanya, menjadi sosok yang tak mau dinomorduakan. Harus selamanya menjadi nomor satu. Tak pernah rela digeser posisinya oleh menantu perempuan.
Awal terbunuhnya cinta, tanpa disadari keduanya.
Restu bersifat sakral.
Tetapi ketika tidak dimengerti dengan jelas, bisa menciptakan neraka dalam pernikahan.
Waktu terbuang sia-sia dalam pernikahan 3 pihak tersebut.
Ibu menjadi orang ke tiga dalam pernikahan.
Apalagi ketika kemudian disadari oleh si menantu bahwa sejatinya bukan dia yang diharapkan sang ibu, melainkan kandidat lain yang lebih sesuai dengan desain didikannya.
Tetapi terlambat.
Hari demi hari yang ada hanya saling menyakiti. Setiap orang pasti merasa dan tahu pasti dengan intuisinya apakah dirinya disayang atau dibenci. Karena sikap itu muncul alami tanpa bisa ditutup-tutupi.
Apapun itu, maafkanlah siapapun dia di masa lalu, termasuk ibu. Tetaplah bersyukur atas kehadirannya meskipun menyakiti. Semua sudah berlalu. Tetapi ketika ternyata masih berdampak hingga saat ini, segera sembuhkanlah luka batinmu. Hentikan karma buruk cukup sampai di sini.
Mencintalah meskipun kau ditolak.
Mengampunilah meskipun tidak ada yang meminta.
Terus berjuanglah mengerjakan yang terbaik.
Tersenyumlah dan jadilah besar dari semua itu DEMI CINTA.
Berilah cukup waktu untuknya bersikap. Ketika waktu habis, maka bertindaklah tegas.
Renungan awal pekan
110721
Rabu, 29 Juli 2020
Cinta Terlarang
Sebuah fenomena rumit...
Orang yang sedang jatuh cinta, termasuk cinta terlarang...itu tidak akan bisa dinasihati untuk berhenti. Cinta terlarang itu banyak jenisnya : ada yang terlarang karena tidak direstui kedua orang tua, ada yang karena salah satunya sudah punya pasangan, atau dua-duanya punya pasangan resmi. Bisa juga cinta masa lalu yang mencoba ingin kembali di waktu yang sudah tidak memungkinkan. Apapun itu jatuh cinta dan dijatuhi cinta adalah rasa yang unik dan susah dilogika-kan. Apakah itu desain alam semesta... entahlah.
Bagi yang berpasangan resmi kemudian terperosok dalam lingkaran cinta terlarang...baik orang lain maupun dirinya sendiri sering menuding LDR (long distance relationship/ cinta jarak jauh) sebagai penyebabnya, atau kecewa dengan pasangan resminya, dlsb banyak kambing hitam pokoknya. Kebanyakan pelaku tidak selesai dengan mengakui tetapi paket komplitnya adalah pembenaran, biasanya begitu, meskipun ada yang mengakui kemudian menyadari dan memperbaiki, selesai. Apapun itu cinta terlarang tetaplah harus diterima bahwa itu salah selama kita hidup di planet bumi dengan budaya seperti selama ini.
Seberapa dinamika perjuangan pelaku cinta terlarang...tergantung kekuatan pribadi masing-masing. Ada yang berakhir bahagia ketika pasangan resminya meninggal dunia lebih dahulu sehingga memuluskan jalan cintanya dari terlarang menjadi tidak terlarang. Ada yang memutuskan mengakhirinya walau dengan berat hati demi stabilitas rumah tangga. Sakit ? Tentu saja, siapa yang tidak sakit...ditinggal pas sayang-sayange..."
Tetapi kalau akhirnya berhasil lepas dari cinta terlarang karena usaha keras dari dalam diri, itu patut diacungi jempol. Karena peran orang lain menasihati tidak akan efektif di sini. Keberhasilan itu harus murni dari niat diri sendiri. Sulit ? O, tentu saja. Tetapi kalau bisa mencapai itu, meskipun tidak bisa menghapus rasa sayang tetapi tidak menghubungi mantan lagi, tidak kepoin FB-nya lagi, tidak follow akunnya lagi...benar-benar putus segala hubungan melalui sarana apapun, dengan sengaja dan dengan kesadaran penuh...maka seseorang bisa naik ke pembelajaran level berikutnya dalam kehidupan ini...
Selamat kepada yang berhasil naik level...berarti anda telah cukup memetik makna pembelajaran hidup melalui cinta terlarang, tetapi anda tidak perlu terseret pusarannya dan masuk terlalu dalam, tetapi anda berhasil muncul kembali di permukaan dan berenang normal lagi.
Bagi yang terseret...malah semakin dalam, apalagi menimbulkan kekacauan hubungan anak dan orang tua, keluarga besar, dlsb...masih punya kesempatan memperbaikinya tergantung kebaikan banyak pihak dan kesungguhan anda membuktikan keseriusan untuk insyaf, itupun levelnya harus cukup puas di bawah level yang pertama tadi.
Yang terhanyut selamanya tanpa berusaha...ya sudah, anda memutuskan menyerah...maka alam semestalah yang mengambil alih otoritas anda untuk memutuskan melalui orang-orang di sekitar anda. Baik atau burukkah keputusan itu ? Tentu keputusan semesta itulah yang terbaik dari sisa kekacauan yang ditimbulkan...
Rabu, 22 Juli 2020
Nomor
Rabu, 01 Juli 2020
Mengapa akhir-akhir ini saya antusias belajar spiritualitas
Semua itu terjadi ketika di perjalanan ke Gilangharjo, naik sepeda motor aku menangis, mengalir deras air mataku, aku benar-benar meratapi nasibku, terasa berat sekali beban hidupku, bukan makin berkurang tetapi makin bertambah saja, kemudian mengalami banyak sinkronitas angka kembar di plat mobil, spanduk, nota belanja dan nomor-nomor kontak di pinggir jalan, perjalanan spiritualku dimulai.
Apakah imanku goyah? Tidak.
Aku masih percaya kepada Allah Tritunggal Sang Pencipta alam semesta.
Ada yang menganggap prosesku sebagai okultisme. Terserah. Tetapi menurutku tidak. Di Alkitab sendiri ada cerita tentang tanda dari ilmu perbintangan, pertanda mimpi, dan semua itu bukan okultis. Beberapa kali aku bermimpi dan aku mencari tahu artinya dengan cara browsing di internet. Dari situ pencarianku berlanjut ke mana mana, banyak yang aku dapatkan akhirnya.
Ketika seorang pemeran diarahkan ke langkah-langkah spesial, tak terduga sebelumnya, itu sebenarnya dia sedang disiapkan oleh sang dalang untuk suatu peran tertentu di suatu masa yang akan datang.
Kalau hidup ini adalah permainan peran, sejak berumur 27 tahun hingga saat ini umur saya 46 tahun saya memerankan orang yang bekerja di dunia masyarakat desa dengan tuntunan semesta untuk saya konsen di dunia bertani lestari. Mungkin tidak sempurna, tetapi saya berjuang memerankan tokoh ini sebaik yang saya mampu.
Dunia pertanian lestari mungkin yang disediakan semesta spesial untuk hidup saya. Dan saya menerima peran itu, buktinya saya nyaman berada dalam rutinitas obrolan, aktivitas maupun gerakan di situ. Apakah saya akan berhenti ? Lagi-lagi kalau hidup ini sebuah permainan peran, maka sangat tergantung kehendak semesta sebagai dalangnya, peran saya akan tetap ataukah berganti, di panggung yang sama atau berbeda tidak hanya satu panggung, semua akan saya terima dan jalani dengan penuh syukur.
Saya yakin Sang Dalang adalah pihak yang paling tahu setiap pemeran dan pasti menyiapkan segala perangkat pendukung (materi, kostum, media, dlsb) secara maksimal sehingga menghasilkan maha karya yang memukau.
Ketika seorang pemeran diarahkan ke langkah-langkah spesial, tak terduga sebelumnya, itu sebenarnya dia sedang disiapkan oleh sang dalang untuk suatu peran tertentu di suatu masa yang akan datang.
Saya mulai mengamati hal-hal lain di luar pertanian lestari. Soal budaya, soal pendidikan, politik, agama, ideologi bangsa, dlsb. Beruntung sekarang kita hidup di zaman teknologi global, ada media sosial (medsos) untuk menyampaikan pikiran. Sebagai warga negara yang sadar hukum, saya punya hak menyampaikan pendapat melalui media-media yang tersedia seperti salah satunya blog gratisan tentang Pertanian Organik ini, yang akhirnya isinya tidak hanya kampanye pertanian organik...hehehe...
Ketika saya mengkritik, beropini, membagikan unggahan orang lain di facebook, banyak yang suka, banyak yang tidak suka dan mengingatkan saya untuk menggunakan medsos hanya untuk menjalin relasi dengan teman-teman saja, medsos jangan digunakan untuk menciptakan permusuhan; bahkan beberapa yang dahulu teman akrab saya kemudian meng-unfriend saya setelah tahu saya berdebat dengan sesama teman.
Saya tidak juga lalu mengatakan silakan unfriend, saya nggak rugi. Nggak gitu juga.
Saya tetap merasa kehilangan teman, apalagi yang dahulunya sahabat karib waktu kuliah maupun teman diskusi yang cukup akrab, kemudian tidak lagi mau berteman dengan saya hanya karena tidak suka membaca tulisan-tulisan saya. Tetapi saya bisa apa...mosok saya paksa mau berteman lagi kalau beliaunya nggak mau berteman lagi...
Ya sudah saya teruskan langkah saya. Untuk memainkan peran dengan baik, saya harus total. Ketika akal budi dan nurani saya diarahkan melihat ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, apapun itu, dalam gerakan pertanian lestari maupun bukan, saya juga tidak bisa diatur untuk memilih-milih mana yang boleh saya respon mana yang tidak boleh, tidak bisa, saya punya hak merespon semuanya. Justru menjadi aneh ketika saya bisa berapi-api mengkritisi dunia pertanian lestari tetapi ketidakadilan dalam kehidupan beragama, berpendidikan, berpolitik tergelar jelas di depan mata, kok tidak saya pedulikan. Padahal yang namanya ketidakadilan itu sama saja di manapun bidang kehidupan, tanpa kecuali.
Like atau tidak dari friend di medsos, itu bukan tujuan utama. Lha wong contohnya di facebook saja tidak ada fitur unlike, adanya cuma like.
Apapun itu tidak untuk pamrih diri pribadi. Bagi saya medsos adalah juga arena saling belajar dan setiap orang harus bertanggung jawab dengan apapun yang disampaikannya. Sepanjang tidak ujaran kebencian atau berita bohong, maka saya akan jalan terus.
Tentu saja saya harus berusaha se-etis mungkin, kecuali kepepet harus keras, itu karena sungguh-sungguh kepepet...hehehe...
Jika ternyata ada yang tidak suka atau bahkan marah, saya mohon maaf namun saya tidak bisa berhenti mengikuti desain Sang Dalang Kehidupan untuk suatu peran yang sedang disiapkanNya.
Saya cuma mengajak masing-masing kita mengkonfirmasi peran apa yang diciptakan semesta spesial untuk kita...
Selasa, 24 Juli 2018
Terima kasih malaikat penolongku. Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mengirimmu melalui hati tulus orang-orang yang menyayangiku...
Keesokan harinya aku masih pusing dan muntah, sehinga suamiku membawaku ke UGD dan aku dirawat di Rumah sakit selama 4 hari untuk menjalani CT scan kepala dan istirahat total. Setelah 1 bulan berlalu, aku masih sering pusing dan kepala terasa seperti berputar-putar tetapi karena pekerjaan aku harus mulai aktif lagi. Hanya doa yang aku bisa. Tuhan, jika Engkau mengambil nyawaku sekarang atau besok atau kapanpun aku tidak dapat menolaknya, tetapi jika Engkau ijinkan aku masih hidup, kuserahkan hidupku ke tanganMu. Aku tidak takut pada kematian. Sedikit khawatir tentang masa depan kedua anak-anakku, tetapi kemudian aku sadar mereka bukan milikku. Mereka milik Tuhan yang dititipkan kepadaku. Pasti Tuhan sebagai pemilik aslinya, sudah menyediakan berkat-berkat bagi masa depan mereka. Untuk para pembaca : kita berani hidup, mengapa harus takut mati? Tetapi selama diberi hidup, mari mengisi hidup dengan mencipta dan terus mencipta kebaikan bagi sesama, kasih pada sesama, peka pada penderitaan sesama, tetapi juga tegas dan berani menentang ketidakadilan.
Puji Tuhan semuanya baik sekarang dan untuk kesekian kalinya Tuhan menyelamatkan nyawaku...lewat para malaikat penyelamat. Meski aku siap dipanggil kapan saja, tetapi kalau ingat kecelakaan tangga 7 bulan 7 tahun ini, aku tak habis pikir kok bisa aku masih hidup hari ini...sungguh pengalaman spiritual yang menyadarkan bahwa aku disayang Tuhan.
Eunike Widhi Wardhani